Sabtu, 14 Juni 2025

Murianews, Blora – Petani Blora kembali terancam gagal panen untuk kedua kalinya. Penyebabnya, sudah hampir sebulan, hujan tak mengguyur wilayah Kabupaten Blora, Jawa tengah.

Memasuki musim kemarau ini, sejumlah sawah di Kabupaten Blora telah mengering. Terutama, sawah dengan tanaman padi di daerah tadah hujan.

Berbagai upaya untuk menyelamatkan tanaman padi pun dilakukan para petani di Blora. Salah satunya dengan mengoptimalkan mesin pompa air guna mengairi sawah.

Upaya itu dilakukan lantaran sejumlah aliran untuk mengairi persawahan telah mengering. Namun, penggunaan pompa air ini membutuuhkan biaya yang tak sedikit.

Para petani harus mengeluarkan biaya dua kali lipat dibandingkan biasanya. Dalam satu jam, mereka harus mengeluarkan Rp 40.000 untuk menyedot air dari sungai.

’’Untuk sekali mengairi sawah, biasanya menghabiskan waktu 5 jam. Jadi, dalam sehari, kami bisa menghabiskan Rp 200.000,’’ keluh Sunarto, salah satu petani, Rabu (3/7/2024).

Kekeringan di awal musim kemarau itu juga berdampak pada kualitas panen. Tanaman padi yang tidak mendapatkan air yang cukup tidak bisa tumbuh maksimal. Hal ini tentu saja membuat para petani semakin merugi.

Sriyati, petani lainnya, berharap pemerintah segera memberikan bantuan kepada para petani yang terdampak kekeringan.

’’Kami mohon kepada pemerintah untuk membantu kami dengan air atau pupuk,’’ ungkapnya.

Ancaman gagal panen ini menjadi pukulan telak bagi para petani di Blora. Pasalnya, mereka baru saja panen padi pertama yang hasilnya tidak maksimal karena harga gabah yang anjlok.

Mereka berharap, pemerintah daerah segera mengambil langkah-langkah konkrit untuk membantu para petani mengatasi kekeringan ini. Salah satunya dengan mendistribusikan air bersih atau membangun embung-embung penampung air.

Editor: Zulkifli Fahmi

Komentar

Terpopuler