751 Pasien Idap DBD di Grobogan, 19 Orang Meninggal
Saiful Anwar
Kamis, 12 September 2024 13:45:00
Murianews, Grobogan – Dinas Kesehatan Grobogan mencatat, selama Januari hingga awal September 2024 ditemukan 751 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Di antara ratusan kasus tersebut, 19 orang meninggal dunia.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Grobogan Djatmiko mengatakan, pada pekan pertama September 2024 ini, pihaknya mencatat ada enam kasus DBD.
”Ternyata kasus DBD masih muncul di bulan September 2024. Di bulan Agustus 2024 lalu, tercatat ada 80 kasus dengan satu pasien yang meninggal dunia,” ujarnya, Kamis (12/9/2024).
Djatmiko mengatakan, pihaknya telah melakukan langkah-langkah penanggulangan untuk penurunan kejadian kasus DBD. Langkah itu antara lain yakni penyelidikan epidemiologi setiap kasus DBD di setiap Puskesmas.
Dia menerangkan, penyelidikan epidemiologi tersebut penting untuk mengkaji sumber penularan, faktor risiko penularan DPD. Pihaknya juga sering melakukan edukasi kepada masyarakat dan pemangku kebijakan desa setempat.
”Kami juga terus menggerakkan pogram PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dan pembagian larvasida (insektisida pembunuh nyamuk) pada rumah tangga dengan dibantu tokoh masyarakat,” imbuhnya.
Adapun untuk fogging, Djatmiko menjelaskan, harus dilakukan dengan fokus di titik yang memenuhi kriteria fogging. Fogging dilakukan untuk menurunkan populasi nyamuk dan menurunkan kecemasan masyarakat karena kasus DBD di lingkungan mereka.
”Di lingkungan sekolah, kami mengimbau kepada instansi pendidikan agar dilakukan PSN oleh anak sekolah di lingkungan sekolah masing-masing,” jelasnya.
Pihaknya pun telah meminta untuk pengaktifan unit kesehatan sekolah (UKS) di setiap sekolah. Kepada para siswa dan anak-anak, pihaknya mengimbau agar memakai lengan panjang dan lotion anti nyamuk saat keluar rumah.
Dia menjelaskan, masyarakat dapat mendeteksi sejak dini penyakit DBD jika terdapat gejala. Untuk gejala pada anak, umumnya ditandai dnegan panas 2-3 hari.
”Jika panas selama 2-3 hari dan tidak kunjung turun, perlu segera ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan rekomendasi tes laboratorium darah,” tandasnya.
Editor: Supriyadi
Murianews, Grobogan – Dinas Kesehatan Grobogan mencatat, selama Januari hingga awal September 2024 ditemukan 751 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Di antara ratusan kasus tersebut, 19 orang meninggal dunia.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Grobogan Djatmiko mengatakan, pada pekan pertama September 2024 ini, pihaknya mencatat ada enam kasus DBD.
”Ternyata kasus DBD masih muncul di bulan September 2024. Di bulan Agustus 2024 lalu, tercatat ada 80 kasus dengan satu pasien yang meninggal dunia,” ujarnya, Kamis (12/9/2024).
Djatmiko mengatakan, pihaknya telah melakukan langkah-langkah penanggulangan untuk penurunan kejadian kasus DBD. Langkah itu antara lain yakni penyelidikan epidemiologi setiap kasus DBD di setiap Puskesmas.
Dia menerangkan, penyelidikan epidemiologi tersebut penting untuk mengkaji sumber penularan, faktor risiko penularan DPD. Pihaknya juga sering melakukan edukasi kepada masyarakat dan pemangku kebijakan desa setempat.
”Kami juga terus menggerakkan pogram PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dan pembagian larvasida (insektisida pembunuh nyamuk) pada rumah tangga dengan dibantu tokoh masyarakat,” imbuhnya.
Adapun untuk fogging, Djatmiko menjelaskan, harus dilakukan dengan fokus di titik yang memenuhi kriteria fogging. Fogging dilakukan untuk menurunkan populasi nyamuk dan menurunkan kecemasan masyarakat karena kasus DBD di lingkungan mereka.
”Di lingkungan sekolah, kami mengimbau kepada instansi pendidikan agar dilakukan PSN oleh anak sekolah di lingkungan sekolah masing-masing,” jelasnya.
Pihaknya pun telah meminta untuk pengaktifan unit kesehatan sekolah (UKS) di setiap sekolah. Kepada para siswa dan anak-anak, pihaknya mengimbau agar memakai lengan panjang dan lotion anti nyamuk saat keluar rumah.
Dia menjelaskan, masyarakat dapat mendeteksi sejak dini penyakit DBD jika terdapat gejala. Untuk gejala pada anak, umumnya ditandai dnegan panas 2-3 hari.
”Jika panas selama 2-3 hari dan tidak kunjung turun, perlu segera ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan rekomendasi tes laboratorium darah,” tandasnya.
Editor: Supriyadi