Dinkes Catat Penyuka Sesama Lelaki di Grobogan Capai 400 Orang
Saiful Anwar
Jumat, 6 Desember 2024 20:51:00
Murianews, Grobogan – Dinas Kesehatan (Dinkes) Grobogan, Jawa Tengah mencatat jumlah penyuka sesama lelaki (LSL) atau gay di Kabupaten Grobogan mencapai 400 orang.
Data itu diungkapkan Sub Koordinator Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Grobogan Gunawan Cahyo Utomo saat Seminar Hari Aids Sedunia 2024 di ruang Riptaloka Setda Grobogan, Jumat (6/12/2024).
”LSL sudah menjadi salah satu kelompok yang menjadi sasaran kita untuk kegiatan screening (HIV). Kita perkirakan ada sekitar 400-an. Kurang lebih ada sekitar 200-an yang kita lakukan tes. Ada kasusnya (positif) HIV,” katanya.
Gunawan mengatakan, LSL juga terjadi pada usia remaja. Namun, secara keseluruhan, kata dia, merata di seluruh usia.
”Mulai usia remaja. Kemudian ada yang juga masuk usia dewasa-tua, di atas 30 tahun, di atas 40 tahun,” imbuhnya.
Gunawan menyatakan pihaknya terus berupaya untuk melakukan deteksi dini HIV. Sehingga, penangannya lebih mudah.
”Kita upayakan deteksi dini di awal. Kalau kasusnya masih dalam HIV (belum AIDS), penangannya lebih mudah,” ungkapnya.
Rawan HIV...
Gunawan menyebutkan, HIV ditularkan melalui hubungan seks baik oleh remaja maupun dewasa. Dia mengaku tak memiliki data spesifik terkait penularan HIV oleh seks bebas remaja.
”Kalau saat ini, kurang bisa mengukur (remaja seks bebas) hasilnya menjadi HIV. Hanya perilaku seks bebas atau menyimpang di usia remaja menjadi penyumbang (HIV),” ungkap dia.
Sementara, untuk distribusi umum, paling besar terjadi pada usia 30-50 tahun atau pada usia masa produktif. Pada usia-usia tersebut, kata Gunawan, seseorang biasanya sudah memiliki pekerjaan yang mapan.
”Situasi pekerjaan sudah mapan dan mobilisasi lebih tinggi,” katanya.
Dalam forum yang juga menghadirkan narasumber Ketua Penyuluh Kemenag Grobogan Tasripan itu, sempat ada pertanyaan mengenai Lesbi, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT). Menurut salah satu penanya, LGBT merupakan bagian dari hak asasi manusia.
Namun, Tasripan dalam kesempatan itu menyatakan LGBT tidak sesuai dengan masyarakat Indonesia yang berketuhanan. Dalam agama, LGBT dipandang sebagai sesuai yang menyimpang.
”Di luar negeri silakan. Tapi di Indonesia, masyarakat beragama yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan, itu tidak sesuai,” katanya.
Editor: Supriyadi



