Wisnu Setyo Pradana dari BBWS Pemali Juana menjelaskan, penanganan banjir dapat dilakukan dengan pemeliharaan berkala sungai wilayah Sungai Seluna, yakni Serang, Lusi, dan Juana. Ketiga sungai itu diketahui daerah pengalirannya berbeda-beda.
”Sungai Serang dengan daerah pengaliran meliput Boyolali dan Sragen dengan panjang 233 kilometer dan luas DAS 937 kilometer2. Sungai Lusi, upstream-nya terletak di daerah Blora menuju ke Grobogan dengan panjang sungai 170 km dengan luas DAS 2238 km2,” ujarnya.
Wisnu mengatakan, sungai Juana merupakan berkumpulnya aliran air yang berasal dari beberapa gunung. Yakni Gunung Muria, Gunung Kapur Utara, dan Gunung Kendeng dengan panjang sungai 62,2 km.
Murianews, Grobogan – Pengelolaan DAS atau Daerah Aliran Sungai secara terpadu diyakini menjadi solusi banjir dan kekeringan yang masih persoalan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Itu terungkap dalam focus group discussion (FGD) yang digelar Bappeda Grobogan di lantai 2 Mal Pelayanan Publik (MPP) Grobogan, baru-baru ini.
FGD itu sendiri menghadirkan narasumber Rusiman dari Balai Pengelolaan DAS Pemali Jratun, Ignatius Sriyana yang merupakan Guru Besar Universitas Diponegoro, dan Wisnu Setyo Pradana dari BBWS Pemali Juana.
Rusiman dalam paparannya mengungkapkan pentingnya pengelolaan DAS. Dengan pengelolaan DAS yang optimal, tata air yang tersedia akan lebih baik secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas.
Dia menjelaskan, menurunnya daya dukung DAS selama ini disebabkan erosi, lahan tidak produktif, lahan kritis, banjir, longsor, sampah, sedimentasi, dan kekeringan.
Menurutnya, pengelolaan DAS dapat dilakukan dilakukan dnegan ekosistem dari hulu sampai hilir.
”One watershed, one plan, one management system (satu DAS, satu perencanaan, satu manajemen system). Pengelolaan DAS dengan perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian sumber daya alam,” katanya.
Lebih lanjut, dia menyebut, pengelolaan DAS harus dilakukan terpadu. Sebab, ada keterkaitan antar unsur di dalamnya.
Penanganan Banjir dan Kekeringan...
Kemudian, melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti kehutanan, pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kemudian pekerjaan umum, sosial, ekonomi, hingga kesehatan.
”Batas DAS juga tidak selalu bertepatan dengan batasan wilayah,” imbuhnya.
Adapun solusi penanganan banjir dan kekeringan, kata Rusiman, yakni dengan pemanfaatan ruang dan lahan sesuai daya dukungnya. Kemudian, rehabilitasi hutan dan lahan serta pemeliharaan bangunan air seperti waduk dan tanggul.
”Berikutnya juga harus ada dukungan kebijakan yang berpihak pada lingkungan. Kemudian penyuluhan masyarakat terkait pelaksanaan budidaya tanaman yang berbasis konservasi, peran aktif semua aspek dalam penyelamatan lingkungan dan pendidikan lingkungan sejak dini,” paparnya.
Sementara itu, Ignatius Sriyana mengatakan, mitigasi banjir dan kekeringan dapat dilakukan dengan penerapan Zero Delta Q Policy, yakni keharusan agar tiap bangunan tidak boleh mengakibatkan bertambahnya debit air ke sistem saluran drainase atau sistem aliran sungai.
”Penerapannya bisa dengan penghijauan, penataan lahan yang tepat, mengoptimalkan waduk dan embung, penerapan sumur resapan, serta normalisasi sungai dan drainase,” jelasnya.
Penanganan Banjir...
Wisnu Setyo Pradana dari BBWS Pemali Juana menjelaskan, penanganan banjir dapat dilakukan dengan pemeliharaan berkala sungai wilayah Sungai Seluna, yakni Serang, Lusi, dan Juana. Ketiga sungai itu diketahui daerah pengalirannya berbeda-beda.
”Sungai Serang dengan daerah pengaliran meliput Boyolali dan Sragen dengan panjang 233 kilometer dan luas DAS 937 kilometer2. Sungai Lusi, upstream-nya terletak di daerah Blora menuju ke Grobogan dengan panjang sungai 170 km dengan luas DAS 2238 km2,” ujarnya.
Wisnu mengatakan, sungai Juana merupakan berkumpulnya aliran air yang berasal dari beberapa gunung. Yakni Gunung Muria, Gunung Kapur Utara, dan Gunung Kendeng dengan panjang sungai 62,2 km.
Editor: Zulkifli Fahmi