Dua orang yang dia anggap sebagai preman itu meminta agar dia tak terlalu kencang menolak kehadiran tambang yang akan dilakukan oleh CV Senggol Mekar itu.
”Premannya ngasih arahan ke saya, saya tidak boleh berpihak kepada masyarakat untuk begitu kencang. Istilahnya, saya tidak boleh kencang-kencang (menolak tambang). Ditakutkan mengancam keselamatan saya. Barangkali saya di jalan atau di luar, takutnya ada ancaman-ancaman sejenis preman,” ujar petani tersebut.
Beberapa hari kemudian, dia didatangi dua orang tokoh agama di rumahnya. Mereka meminta Alip untuk menjembatani dengan warga agar tidak ada penolakan terhadap tambang. Bahkan, tokoh agama itu kembali datang pada Maret 2025 lalu.
Alip juga mengaku didatangi seseorang yang mengaku sebagai intelejen. Alip dimintai berbagai informasi terkait penolakan tambang oleh warga Dukuh Toplek dan Pendem itu.
”Intimidasinya belum ada yang membawa senjata tajam atau fisik. Hanya ancaman lisan,” kata Alip.
Meskipun diancam, Alip menegaskan tetap pada pendiriannya untuk menolak tambang galian C tersebut. Sebab menurutnya, itu akan mengancam kehidupan masyarakat dan alam.
Murianews, Jepara – Seorang warga Dukuh Pendem, Desa Sumberrejo, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng) bernama Sungalip (43) mengaku mendapat teror akan dibunuh.
Teror itu diduga kuat berkaitan dengan penolakannya terhadap rencana penambangan galian C di Gunung Merica, Desa Sumberrejo.
Bahkan, pria yang akrab disapa Alip ini mengaku telah menerima lima kali intimidasi sejak mengikuti aksi demonstrasi pada 10 Januari 2025 lalu.
Kepada Murianews.com di Setda Jepara pada Senin (28/4/2025), Alip menceritakan pengalaman mengerikannya.
Teror pertama datang beberapa hari setelah aksi penolakan tambang di Gunung Merica, Desa Sumberrejo. Saat baru bangun tidur, dua orang yang dikenalnya sebagai dukun tiba-tiba mendatangi rumahnya.
Mereka meminta Alip untuk menghentikan penolakannya terhadap tambang tersebut.
”Mereka bilang ke saya ”untuk bisa membunuhmu enggak habis dua ayam”. Istilahnya seperti santet lah,” ungkap Alip saat di Setda Jepara, Senin (28/4/2025).
Selang dua hari kemudian, rumah Alip juga didatangi dua orang yang dia kenal. Bahkan salah satu dari mereka adalah teman semasa kecilnya.
Intimidasi...
Dua orang yang dia anggap sebagai preman itu meminta agar dia tak terlalu kencang menolak kehadiran tambang yang akan dilakukan oleh CV Senggol Mekar itu.
”Premannya ngasih arahan ke saya, saya tidak boleh berpihak kepada masyarakat untuk begitu kencang. Istilahnya, saya tidak boleh kencang-kencang (menolak tambang). Ditakutkan mengancam keselamatan saya. Barangkali saya di jalan atau di luar, takutnya ada ancaman-ancaman sejenis preman,” ujar petani tersebut.
Beberapa hari kemudian, dia didatangi dua orang tokoh agama di rumahnya. Mereka meminta Alip untuk menjembatani dengan warga agar tidak ada penolakan terhadap tambang. Bahkan, tokoh agama itu kembali datang pada Maret 2025 lalu.
Alip juga mengaku didatangi seseorang yang mengaku sebagai intelejen. Alip dimintai berbagai informasi terkait penolakan tambang oleh warga Dukuh Toplek dan Pendem itu.
”Intimidasinya belum ada yang membawa senjata tajam atau fisik. Hanya ancaman lisan,” kata Alip.
Meskipun diancam, Alip menegaskan tetap pada pendiriannya untuk menolak tambang galian C tersebut. Sebab menurutnya, itu akan mengancam kehidupan masyarakat dan alam.
Editor: Supriyadi