Waduk Wilalung Kudus Dibuka, Petani Pati Ketar-ketir
Umar Hanafi
Jumat, 9 Februari 2024 15:40:00
Murianews, Pati – Pintu air nomor delapan Waduk Wilalung Kudus, Jawa Tengah sudah mulai dibuka sejak Selasa (6/2/2024) lalu. Situasi itu pun membuat petani di Kabupaten Pati ketar-ketir.
Sebab, pindu delapan Waduk Wilalung Kudus menuju Sungai Juwana. Petani Desa Ngastorejo, Kecamatan Jakenan khawatir banjir menerjang lahan persawahannya. Apalagi, padi mereka sudah hampir memasuki masa panen.
Hampir seluruh lahan persawahan di desa yang terletak di pinggir Sungai Juwana ini belum panen. Bila banjir menerjang, mereka pun dipastikan gagal panen dan mengalami kerugian ratusan juta rupiah.
”Umurnya sudah empat bulan. Sebagian sudah panen. Sebagian besar belum. Kurang lebih 5 hari sampai 2 pekan lagi panen,” tutur salah satu petani desa itu, Anwar, Jumat (9/2/2024).
Berdasarkan pengamatannya, debit air di Sungai Juwana masih aman hingga saat ini. Namun, ia tetap cemas mengingat pintu Waduk Wilalung terus dibuka hingga saat ini.
”Waduk Wilalung dibuka sebenarnya belum terlalu kelihatan. Tetapi tetap ketar-ketir. Apalagi Kudus sudah banjir. Semoga saja aman,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Pelaksanaan Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati Martinus Budi Prasetya menilai pembukaan pintu delapan Waduk Wilalung ini untuk menghindari tanggul Sungai Wulan jebol dan mengakibatkan banjir bandang.
”Bila tidak dibuka, akibatnya (dampaknya, red) bisa besar. Apalagi di sekitar Sungai Wulan padat pemukiman. Kalau tidak dibuka, bisa menimbulkan korban jiwa banyak kalau tanggul jebol,” kata Martinus.
Ia pun meminta petani di Kabupaten Pati untuk bersabar sejenak. Apalagi, Martinus menilai debit air di Sungai Juwana tergolong masih aman.
Selain itu, sungai yang juga bernama Sungai Silugonggo ini sudah dinormalisasi pada beberapa bulan lalu. Martinus juga mengimbau kepada petani yang siap panen untuk segera memanen lahan persawahan. Ini dilakukan untuk mencegah kerugian lebih besar bila banjir menerjang.
”Kami juga meminta pengusaha jasa kombi (alat panen padi) untuk memadatkan jadwal. Yang awalnya sehari satu lokasi menjadi dua. Agar bisa panen cepat,” tandas Martinus.
Editor: Zulkifli Fahmi
Murianews, Pati – Pintu air nomor delapan Waduk Wilalung Kudus, Jawa Tengah sudah mulai dibuka sejak Selasa (6/2/2024) lalu. Situasi itu pun membuat petani di Kabupaten Pati ketar-ketir.
Sebab, pindu delapan Waduk Wilalung Kudus menuju Sungai Juwana. Petani Desa Ngastorejo, Kecamatan Jakenan khawatir banjir menerjang lahan persawahannya. Apalagi, padi mereka sudah hampir memasuki masa panen.
Hampir seluruh lahan persawahan di desa yang terletak di pinggir Sungai Juwana ini belum panen. Bila banjir menerjang, mereka pun dipastikan gagal panen dan mengalami kerugian ratusan juta rupiah.
”Umurnya sudah empat bulan. Sebagian sudah panen. Sebagian besar belum. Kurang lebih 5 hari sampai 2 pekan lagi panen,” tutur salah satu petani desa itu, Anwar, Jumat (9/2/2024).
Berdasarkan pengamatannya, debit air di Sungai Juwana masih aman hingga saat ini. Namun, ia tetap cemas mengingat pintu Waduk Wilalung terus dibuka hingga saat ini.
”Waduk Wilalung dibuka sebenarnya belum terlalu kelihatan. Tetapi tetap ketar-ketir. Apalagi Kudus sudah banjir. Semoga saja aman,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Pelaksanaan Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati Martinus Budi Prasetya menilai pembukaan pintu delapan Waduk Wilalung ini untuk menghindari tanggul Sungai Wulan jebol dan mengakibatkan banjir bandang.
”Bila tidak dibuka, akibatnya (dampaknya, red) bisa besar. Apalagi di sekitar Sungai Wulan padat pemukiman. Kalau tidak dibuka, bisa menimbulkan korban jiwa banyak kalau tanggul jebol,” kata Martinus.
Ia pun meminta petani di Kabupaten Pati untuk bersabar sejenak. Apalagi, Martinus menilai debit air di Sungai Juwana tergolong masih aman.
Selain itu, sungai yang juga bernama Sungai Silugonggo ini sudah dinormalisasi pada beberapa bulan lalu. Martinus juga mengimbau kepada petani yang siap panen untuk segera memanen lahan persawahan. Ini dilakukan untuk mencegah kerugian lebih besar bila banjir menerjang.
”Kami juga meminta pengusaha jasa kombi (alat panen padi) untuk memadatkan jadwal. Yang awalnya sehari satu lokasi menjadi dua. Agar bisa panen cepat,” tandas Martinus.
Editor: Zulkifli Fahmi