Kekeringan di Pati Meluas, 61 Desa Kekurangan Air Bersih

Umar Hanafi
Jumat, 6 September 2024 15:22:00

Murianews, Pati – Kekeringan di Kabupaten Pati, Jawa Tengah meluas pada awal September 2024 ini. Kini, sebanyak 61 desa yang tersebar di sembilan kecamatan mengalami kekurangan air bersih.
Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Pati (Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pati), Martinus Budi Prasetya mengatakan puluhan desa kekeringan itu tersebar di beberapa kecamatan. Masing-masing Jaken (12 desa), Winong (11), Jakenan (9), Pucakwangi (9), Tambakromo (7), Kayen (5), Batangan (4), Gabus (3) dan Sukolilo (1).
”Memang banyak desa yang terdampak kekeringan. Sampai tanggal 5 September 2024, kita sudah mencakup sebanyak 61 desa di 9 kecamatan. Sukolilo baru satu desa di Cengkalsewu. Baru kita kirim satu tangki,” ujar Martinus kepada Murianews.com, Jumat (6/9/2024).
Kekeringan di Kabupaten Pati pada tahun ini mulai terjadi sejak bulan Mei lalu. Saat itu Desa Tambahagung, Kecamatan Tambakromo merupakan desa yang pertama kali melaporkan kekeringan. Kini, kekeringan meluas ke puluhan desa.
Sumber air di puluhan desa itu kering. Mulai dari sumur, mata air hingga waduk. Puluhan ribu warga pun mengandalkan bantuan air bersih untuk mencukupi kebutuhan mereka.
”Kebanyakan yang meminta air, Tambakromo, Jekenan, Jekan, Winong dan Pucakwangi. Itu banyak yang meminta air,” ungkap dia.
Martinus mengungkapkan, keringnya sumber air ini disebabkan sejumlah faktor. Selain curah hujan yang menurun, kekeringan juga disebabkan oleh rusaknya lingkungan hutan.
”Faktanya memang curah hujan turun. Sangat jarang. Sudah lebih dari 20 hari tanpa hujan. Sumur milik warga kemampuan menahan air berkurung. Karena berkurangnya vegetasi di sekitar warga,” ungkap Martinus.
Ia pun mengimbau kepada masyarakat ikut menjaga melestarikan lingkungan agar tidak terjadi kekurangan. Salah satu cara yakni merawat pohon besar dan mencegah dari penebangan.
”Kami imbau menjaga tanaman hijau, syukur ada lobang bio pori disekitar sumur. Agar banyak air yang tertampung di dalam tanah saat musim hujan dan menjadi cadangan saat musim kemarau,” pungkas dia.
Editor: Budi Santoso