Pihaknya juga meminta warga Pati untuk ikut mengurangi sampah. Warga diminta mengelola sendiri sampah organik seperti sampah dedaunan atau lainnya secara mandiri.
Sampah tersebut bisa dikelola dengan komposer. Namun ia mengakui, permintaan ini sulit dilakukan di perumahan lantaran lahan yang terbatas.
”Karena selama ini semuanya masuk TPA. Baik sampah organik maupun non organik. Kita harap sampah organik dikelola sendiri,” pungkasnya.
”Saat ini, belum ada kesadaran untuk memilah sampah dari masyarakat. Yang agak sulit memang perumahan karet lahan terbatas. Jadi ndak bisa komposer atau apa,” pungkasnya.
Murianews, Pati – Usia Tempat Pembuangan Akhir atau TPA Sukoharjo Pati, Jawa Tengah tinggal setahun atau bakal berakhir pada 2026. Warga pun diminta mengelola sampah organik secara mandiri.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pati Tulus Budiharjo mengatakan TPA Sukoharjo Pati aktif sejak 2016 lalu. Saat itu, usia TPA Pati diperkirakan hanya sekitar 10 tahun saja.
”Kondisi TPA Sukoharjo memang dibangun tahun 2016 umur teknis itu 10 tahun. Ini kan tinggal setahun,” ujar Tulus pada Murianews.com.
Setiap harinya, TPA Sukoharjo Pati mendapatkan limpahan sampah sebanyak 150 ton. Jumlah itu bisa meningkatkan sekitar 200 ton saat libur panjang atau akhir pekan.
”Sebanyak 150 ton perhari sampah yang dikirimkan ke TPA Sukoharjo Pati. Tapi fluktuatif. Sabtu, Minggu dan Senin naik. Hari-hari libur juga ada kenaikan,” jelas Tulus.
Lantaran umur TPA Sukoharjo Pati tinggal sebentar lagi, pihaknya pun berupaya melakukan memperpanjang usia. Salah satunya, dengan pengurangan sampah dan menggandeng bank sampah.
”Kita berupa berusaha memperpanjang umur. Sebisa mungkin. Kita manfaat. Tidak hanya buang saja. Tapi juga harus perlu adanya pengurangan,” kata Tulus.
Warga Diajak Kurangi Sampah...
Pihaknya juga meminta warga Pati untuk ikut mengurangi sampah. Warga diminta mengelola sendiri sampah organik seperti sampah dedaunan atau lainnya secara mandiri.
Sampah tersebut bisa dikelola dengan komposer. Namun ia mengakui, permintaan ini sulit dilakukan di perumahan lantaran lahan yang terbatas.
”Karena selama ini semuanya masuk TPA. Baik sampah organik maupun non organik. Kita harap sampah organik dikelola sendiri,” pungkasnya.
Tulus mengatakan, kesadaran masyarakat dalam memilah sampah memang masih menjadi tantangan ke depan.
”Saat ini, belum ada kesadaran untuk memilah sampah dari masyarakat. Yang agak sulit memang perumahan karet lahan terbatas. Jadi ndak bisa komposer atau apa,” pungkasnya.
Editor: Zulkifli Fahmi