Warga berbondong-bondong ke Punden Mbah Gemi, Selasa sore. Masing-masing membawa berkat atau makanan yang berisikan nasi, lauk pauk hingga sayuran.
Pabrik beton tersebut mulai berdiri sejak bulan Februari 2025 lalu. Warga tak tahu-menahu, tiba-tiba lahan pertanian di Desa Gadingrejo diuruk dan didirikan pabrik tersebut.
Warga pun diliputi dengan berbagai pertanyaan. Mereka kemudian bertanya kepada pihak Pemerintah Desa (Pemdes) terkait berdirinya pabrik tersebut. Namun, Pemdes juga tidak mengetahui.
”Kita berdoa bersama, tolak bala. Memohon kepada Tuhan Yah Maha Esa sehingga pabrik tidak berdiri. Pemdes tidak tahu. Apalagi warga juga tidak tahu. Pabrik seolah tidak menganggap,” ujar dia.
Murianews, Pati – Ratusan warga Desa Gadingrejo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, memanjatkan doa tolak bala bersama-sama, Selasa(13/5/2025). Mereka sepakat menolak berdirinya pabrik beton atau readymix.
Warga berbondong-bondong ke Punden Mbah Gemi, Selasa sore. Masing-masing membawa berkat atau makanan yang berisikan nasi, lauk pauk hingga sayuran.
Berkat itu dikumpulkan di Punden yang lokasinya tak jauh dari berdirinya pabrik beton tersebut. Selang beberapa saat, seorang tokoh memimpin doa.
Mereka pun berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa agar Desa Gadingrejo, khususnya Dukuh Guwo terhindar dari bala atau mala petaka. Termasuk malapetaka dari berdirinya pabrik tersebut.
”Ini acara dari warga FMPL (Forum Masyarakat Peduli Lingkungan) menolak pabrik readymix yang berdiri di sini. Kalau pabrik berdiri di sini, kesehatan kita tetap terganggu. Apalagi dekat dengan pemukiman warga,” ungkap tokoh masyarakat, Zainul Karim.
Pabrik beton tersebut mulai berdiri sejak bulan Februari 2025 lalu. Warga tak tahu-menahu, tiba-tiba lahan pertanian di Desa Gadingrejo diuruk dan didirikan pabrik tersebut.
Warga pun diliputi dengan berbagai pertanyaan. Mereka kemudian bertanya kepada pihak Pemerintah Desa (Pemdes) terkait berdirinya pabrik tersebut. Namun, Pemdes juga tidak mengetahui.
”Kita berdoa bersama, tolak bala. Memohon kepada Tuhan Yah Maha Esa sehingga pabrik tidak berdiri. Pemdes tidak tahu. Apalagi warga juga tidak tahu. Pabrik seolah tidak menganggap,” ujar dia.
Nasib Generasi Penerus...
Keadaan ini membuat warga geram dan sempat mendemo pabrik yang masih proses berdiri tersebut. Mereka sempat menggelar aksi dan menggeruduk pabrik tersebut. Namun hingga kini, proses pembangunan pabrik masih dilanjutkan.
”Kami sudah ajukan ke dewan tidak ada respon. Baru dari kecamatan yang diundang negosiasi. Tapi belum ada hasil. Setelah demo pembangunan pabrik terus dilakukan. Seolah warga tidak dianggap,” kata dia.
Ia mengaku langkah penolakan dari warga ini murni untuk nasib anak-anak dan generasi penerus. Mereka khawatir, berdirinya pabrik beton tersebut membuat lingkungan tercemar.
”Ini kami fikirkan untuk anak-anak generasi mendatang. Bagaimana nasibnya kalau pabrik berdiri. Debu tetap bakal banyak. Kita peduli lingkungan maka seluruh warga menolak,” tegas dia.
Zainul mengaku saat ini sudah merasakan dampak proses berdirinya pabrik tersebut. Sejumlah warga sudah merasakan batuk. Selain itu, rumah warga juga sering berdebu akibat pengurukan lahan pabrik tersebut.
”Sudah ada dampak, batuk pilek, berdampak kepada pertanian. Ini khawatirnya menjadi gersang. Ini kan pakai oplosan semen. Kalau kena semen mati tanaman,” pungkasnya.
Editor: Dani Agus