Rabu, 19 November 2025

Murianews, Kudus – Seorang siswa SD 4 Ploso, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah berinisial M (9) alami sulit bicara atau komunikasi dengan orang lain.

Nur Khabib, Kepala SD 4 Ploso membenarkan adanya siswa yang sulit bicara tersebut. Bahkan, siswa tersebut tak fasih dalam menulis ataupun membaca.

Siswa itu hanya mengetahui beberapa huruf alfabet saja. Akibat kondisi itu, sang siswa pun terpaksa tidak naik ke kelas II. Saat ini, siswa tersebut masih duduk di kelas I.

’’Sekarang masih tetap di kelas satu, meski sudah berusia 9 tahun. Tapi, satu tahun terakhir itu sangat kurang sekali komunikasinya atau interaksinya sulit,’’ katanya, Selasa (11/7/2023).

Ia menjelaskan, ketika di sekolah, siswa tersebut sangat kesulitan untuk bicara dan berkomunikasi. Saat ditanyai pun siswa tersebut hanya diam dan tidak menjawab.

Pihaknya pun menyarankan agar guru kelas melakukan pengecekan ke rumah sakit. Namun, dari hasil pengecekan, siswa tersebut normal.

’’Setelah itu komunikasinya juga masih sama. Sulit bicara. ditanya suara tidak keluar,’’ ujarnya.

Pihak sekolah pun menyarankan orang tuanya, agar siswa tersebut bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB). Namun, SLB yang disarankan itu tidak bisa menerima. Sebab, dari hasil pemeriksaan, anak tersebut memiliki kondisi yang normal.

’’Selasa lalu itu dari SLB mengembalikan, dan kami menerima kembali. Tapi saat itu ada catatan, siswa kami itu membutuhkan terapi di rumah sakit. Kami juga sudah komunikasikan dengan orang tua untuk dampingi anak itu terapi,’’ imbuhnya

Sementara guru kelas satu Ika Rohmaida menyebut, setelah dirinya mengampu kelas satu baru mengetahui kondisi siswanya yang membutuhkan dukungan itu. Memang siswa tersebut tidak bisa berinteraksi dan sulit bicara.

’’Setelah kami kroscek tidak pernah komunikasi dengan tetangga, tidak pernah bersosialisasi, dia juga dulu tidak TK. Huruf alfabet itu yang hafal hanya tujuh, diawal itu malah tidak bisa nulis sama sekali, ini sudah agak bisa, kurang komunikasinya,’’ ungkapnya.

Siswa tersebut di kelas satu pun mendapatkan perlakuan khusus. Saat jeda istirahat, ataupun saat pulang menunggu dijemput, siswa tersebut didampingi untuk mendapatkan pembelajaran tambahan.

’’Kami beri tambahan saat istirahat dan tidak interaksi dengan temannya atau saat menunggu pulang itu saya beri alfabet dengan titik-titik penghubung,’’ ucapnya.

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler