Rabu, 19 November 2025

Berdasarkan penelitian Indra Krishnamurti dan Muhammad Diheim Biru dari Center for Indonesia Policy Studies menyebutkan, ada anomaly dalam pelaksanaan penanaman padi hibrida.

Di mana, padi hibrida mayoritas berhasil diterapkan di sejumlah negara. Sementara di Indonesia, justru kebalikannya.

Di tahun pertama sejak diperkenalkan di Indonesia, tak banyak petani mengadopsi padi hibrida. Padi hibrida baru digunakan di tahun 2006 dan 2009 setelah pemerintah memberi subsidi benih.

Penggunaannya pun mengalami kenaikan 5,2 persen dar luas total tanam padi. Namun, setelahnya, pertumbuhannya mandek dan terus menurun. Bahkan, pada 2017, padi hibrida hanya memiliki luas 0,4 persen dari area tanam padi keseluruhan.

Penelitian Center for Indonesian Policy Studies menjelaskan ada beberapa alasan yang membuat penerapan padi hibrida terus menurun.

Minimnya penyediaan benih, kerentanan terhadap penyakit, harga benih mahal, kurangnya keterampilan, dan ketidaksesuaian tekstur nasi dengan lidah masyarakat Indonesia menjadi sebabnya.

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler