Keluhan itu bahkan disiarkan dan kemudian diunggah akun Instagram @aiinizzaa yang diduga salah satu penyiar RRI terdampak efisiensi anggaran.
”Bapak, kita tahu bahwa efisiensi anggaran yang Bapak lakukan hari ini yaitu untuk menunjang agar program-program Bapak dapat berjalan dengan baik, seperti makanan gratis untuk anak-anak,” ujar sang penyiar dengan nada haru, seperti dikutip Rabu (12/2/2024).
Meski begitu, sang penyiar tetap menyayangkan efisiensi anggaran itu akhirnya berdampak pada terjadinya PHK di tempat kerjanya.
Sang penyiar bahkan menyenggol Presiden untuk berpikir, mana kala program Makan Bergizi Gratis berhasil terlaksana, namun sang anak yang menjadi sasaran, mendapati orang tuanya harus di-PHK.
”Sudahkah Bapak berpikir bahwa di pagi hari Bapak berhasil untuk menyediakan makanan gratis dan bergizi bagi anak-anak. Namun, ketika mereka kembali ke rumah, mereka dapati orang tua mereka tidak bisa memberi makan siang dan makan malam yang layak, karena ternyata orang tua mereka harus di-PHK, harus dirumahkan, karena efisiensi yang telah Bapak lakukan,” ujarnya.
Murianews, Kudus – Salah satu penyiar Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (RRI) secara terbuka menyampaikan keluhannya pada Presiden Prabowo Subianto terkait dampak sosial kebijakan efisiensi anggaran.
Keluhan itu bahkan disiarkan dan kemudian diunggah akun Instagram @aiinizzaa yang diduga salah satu penyiar RRI terdampak efisiensi anggaran.
Di kesempatan itu, ia memahami efisiensi anggaran yang dilakukan Presiden Prabowo guna menunjang program-program pemerintahan agar berjalan baik, salah satunya Makan Bergizi Gratis.
”Bapak, kita tahu bahwa efisiensi anggaran yang Bapak lakukan hari ini yaitu untuk menunjang agar program-program Bapak dapat berjalan dengan baik, seperti makanan gratis untuk anak-anak,” ujar sang penyiar dengan nada haru, seperti dikutip Rabu (12/2/2024).
Meski begitu, sang penyiar tetap menyayangkan efisiensi anggaran itu akhirnya berdampak pada terjadinya PHK di tempat kerjanya.
Sang penyiar bahkan menyenggol Presiden untuk berpikir, mana kala program Makan Bergizi Gratis berhasil terlaksana, namun sang anak yang menjadi sasaran, mendapati orang tuanya harus di-PHK.
”Sudahkah Bapak berpikir bahwa di pagi hari Bapak berhasil untuk menyediakan makanan gratis dan bergizi bagi anak-anak. Namun, ketika mereka kembali ke rumah, mereka dapati orang tua mereka tidak bisa memberi makan siang dan makan malam yang layak, karena ternyata orang tua mereka harus di-PHK, harus dirumahkan, karena efisiensi yang telah Bapak lakukan,” ujarnya.
Dilema sosial...
Ia kemudian mempertanyakan pernyataan yang menyebutkan Prabowo mencintai rakyatnya.
”Lalu, menurut Bapak di mana letak yang Bapak bilang bahwa Bapak mencintai rakyat Bapak?” tutup penyiar RRI Ternate itu.
Pernyataan ini menjadi sorotan karena mencerminkan dilema sosial yang muncul dari kebijakan penghematan anggaran pemerintah.
Melansir dari viva.co.id RRI mengalami pemangkasan anggaran sebesar Rp 300 miliar dari total pagu Rp 1,07 triliun akibat dampak kebijakan efisiensi anggaran.
Akibat pemangkasan anggaran, RRI memberhentikan sejumlah kontributor dan mitra kontrak RRI serta menghentikan sementara pemancar Amplitude Modulaton (AM) yang selama ini digunakan untuk penyiaran.
Kebijakan ini merupakan imbas dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dan Pelaksanaan APBN serta APBD Tahun Anggaran 2025 yang diterbitkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Inpres tersebut menargetkan penghematan sebesar Rp 50,5 triliun dalam dana transfer ke daerah (TKD), serta total pemangkasan APBN mencapai Rp 306,6 triliun.
Sebagai tindak lanjut, Kementerian Keuangan menerbitkan Surat Menteri Keuangan Nomor S-37/MK.02/2025 yang meminta seluruh kementerian dan lembaga melakukan identifikasi efisiensi anggaran dan menyampaikannya kepada Menteri Keuangan paling lambat 14 Februari 2025.