Kamis, 20 November 2025

2. Dilarang Menggelar Pesta atau Hajatan

Menggelar pernikahan, khitnan, syukuran atau hajatan lainnya saat malam satu Sura dianggap kurang tepat. Sebagian masyarakat percaya, siapapun yang melanggar larangan itu bisa kualat.

Namun, ada pengecualian, di mana hanya raja atau sultan yang cukup kuat yang bisa melangsungkan perayaan sakral itu.

3. Menjaga Keheningan, Tidak Boleh Berisik

Suasana hening menjadi ciri khas malam satu Sura. Salah satu ritual yang sering dilakukan yakni Tapa Bisu Mubeng Beteng.

Saat menjalani ritual itu, masyarakat mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta dalam diam tanpa sepatah kata. Larangan berbicara keras mencerminkan penghormatan terhadap nilai spiritual malam tersebut.

4. Anjuran Tidak Membangun atau Pindah Rumah

Aktivitas besar seperti pindahan atau memulai pembangunan rumah sering dihindari pada malam satu Suro. Ini karena malam tersebut dianggap bukan waktu yang tepat untuk memulai sesuatu yang bersifat duniawi, melainkan untuk merenung dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

5. Larangan Berkata Kasar atau Negatif

Ucapan buruk yang diucapkan pada malam satu Sura diyakini dapat berubah menjadi kenyataan. Oleh karenanya, masyarakat diminta untuk menjaga lisan serta memperbanyak zikir.

Ada pitutur ”eling lan waspada” yang menjadi pegangan utama masyarakat Jawa dalam menyikapi malam satu Sura.

Komentar

Terpopuler