Rabu, 19 November 2025

Ia mulai mengikuti pendidikan di sekolah calon tamtama (Secatam) TNI AD di singaraja, Bali sejak Februari 2025. Lalu pada akhir Mei 2025, korban pulang setelah dilantik menjadi anggota TNI AD.

Setelah dilantik, Lucky kemudian ditugaskan di Batalyon Teritorial Pembangunan 834 Waka Nga Mere (Yon TP 834/WM) di Kabupaten Nagekeo, NTT.

”Dia baru dua bulan jadi tentara, dia selesai pendidikan Bulan Mei, lalu Juni di tempatkan di sana (Yon TP 834/WM),” kata Rafael.

Ayah kandul Prada Lucky, Serma Kristian Namo  mendesak agar kasus kematian putranya diusut tuntas. Ia pun mendesak seluruh pelaku dihukum mati agar tak ada lagi korban serupa.

”Saya tuntut keadilan, kalau bisa semua dihukum mati biar tidak ada Lucky-Lucky yang lain, anak tentara aja dibunuh apalagi yang lain. Hukuman cuma dua buat (pelaku), hukuman mati dan pecat (bagi para pelaku) tidak ada di bawah itu,” sambungnya.

Ibu Lucky, Sepriana Paulina Mirpey mengaku tak bisa menerima anaknya meninggal dengan cara tragis. Ia mengaku sangat sakit hati dan tak pernah menyangka anaknya yang baru menjadi TNI menjadi korban kekerasan para seniornya sendiri.

Padahal, Lucky telah delapan kali mengikuti tes menjadi TNI. ”Kalau (para pelaku) tidak diproses lebih baik bunuh saya saja, saya sakit hati kalian buat anak saya seperti ini,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, anaknya pernah bercerita dicambuk oleh sniornya. Bahkan, anaknya sempat melarikan diri ke rumah mama angkatnya dalam kondisi badannya hancur semua mulai dari kedua tangan, kaki dan belakang.

Ada Luka Lebam... 

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler