Hasil uji lab itu dilakukan atas permintaan pemasok nampan MBG sekaligus Sekretaris Pengurus Wilayah Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (PW RMI NU) Jakarta Wafa Riansah.
Ia menceritakan, kali pertama menemukan penggunaan minyak babi dalam ompreng saat berkunjung ke pabrik pembuatan nampan di China.
”Ternyata kami temukan minyak babi di situ. Makanya saya enggak jadi impor,” kata Wafa, Selasa (16/9/2025) seperti dikutip dari Tempo.co, Jumat (19/9/2025).
Sampel minyak itu kemudian ia bawa ke Indonesia. Mulanya ia mencoba mengujinya di perusahaan pengujian, inspeksi, dan sertifikasi PT Superintending Company of Indonesia (Sucofindo).
Namun, Sucofindo menyatakan tidak bisa menguji karena keterbatasan metode. Sampel itu pun kemudian dikirim ke laboratorium Weipu di China.
Dalam dokumen hasil uji lab bernomor SHA03-25091211-FX-01CnEnR1, pengujian sampel dilakukan dengan tiga metode, yakni fourier transform infrared spectrometer (FTIR), gas chromatography mass spectrometry (GC-MS), dan nuclear magnetic resonance spectrometer (NMR).
”Komponen utama lemak babi olahan adalah lemak yaitu trigliserida,” demikian tertulis pada kesimpulan laporan tersebut.
Murianews, Jakarta – Shanghai Weipu Testing Technology Grup di China menemukan adanya penggunaan minyak babi dalam produksi nampan makan bergizi gratis (MBG) di Indonesia.
Hasil uji lab itu dilakukan atas permintaan pemasok nampan MBG sekaligus Sekretaris Pengurus Wilayah Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (PW RMI NU) Jakarta Wafa Riansah.
Ia menceritakan, kali pertama menemukan penggunaan minyak babi dalam ompreng saat berkunjung ke pabrik pembuatan nampan di China.
”Ternyata kami temukan minyak babi di situ. Makanya saya enggak jadi impor,” kata Wafa, Selasa (16/9/2025) seperti dikutip dari Tempo.co, Jumat (19/9/2025).
Sampel minyak itu kemudian ia bawa ke Indonesia. Mulanya ia mencoba mengujinya di perusahaan pengujian, inspeksi, dan sertifikasi PT Superintending Company of Indonesia (Sucofindo).
Namun, Sucofindo menyatakan tidak bisa menguji karena keterbatasan metode. Sampel itu pun kemudian dikirim ke laboratorium Weipu di China.
Dalam dokumen hasil uji lab bernomor SHA03-25091211-FX-01CnEnR1, pengujian sampel dilakukan dengan tiga metode, yakni fourier transform infrared spectrometer (FTIR), gas chromatography mass spectrometry (GC-MS), dan nuclear magnetic resonance spectrometer (NMR).
”Komponen utama lemak babi olahan adalah lemak yaitu trigliserida,” demikian tertulis pada kesimpulan laporan tersebut.
Komponen utama...
Dalam lembar data keselamatan bahan, komponen utama sampel terdiri dari minyak dasar olahan, ester sintetis, parafin terklorinasi, lemak babi olahan, aditif antikarat, dan bahan pelumas.
Sebelumnya, Badan Gizi Nasional (BGN) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan melakukan uji lab untuk membuktikan kandungan lemak babi itu. Namun, hingga kini hasil tersebut belum diumumkan.
Kepala BPOM Taruna Ikrar mengklaim sudah menguji tuntas sampel nampan MBG yang diduga mengandung minyak lemak babi. Namun, pihaknya belum bisa mengumumkannya ke publik.
Ia beralasan, BPOM, BGN dan Kantor Komunikasi Kepresidenan, dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) bersepakat mengumumkan hasil uji sampel itu melalui satu pintu, yakni melalui Kantor Komunikasi Kepresidenan.
”Intinya, nanti akan diumumkan secara bersama-sama. Leading sektornya untuk pengumuman hasil tes ini ada di Kantor Komunikasi Kepresidenan,” ucap Taruna, Senin (15/9/2025).
Ia menjelaskan, pihanya telah menguji tujuh sampel nampan MBG yang dikirim Kantor Komunikasi kepresidenan. Selanjutnya, BPOM mengujinya secara profesional dan berdasarkan standar ilmiah.
Sementara, Kepala BGN Dadan Hindayana justru memberikan pernyataan yang berbeda. Ia mengaku tak tahu hasil uji sampel nampan MBG yang diduga mengandung lemak babi.
”Belum dapat laporan resmi,” kata Dadan, Selasa (16/9/2025).
Isu Bermula...
Isu nampan MBG diduga mengandung minyak lemak babi sendiri berawal dari laporan Indonesia Business Post saat melakukan investigasi di wilayah Chaoshan, bagian timur Provinsi Guangdong, China, pertengahan Agustus lalu.
Wilayah itu diduga merupakan importir nampan untuk program MBG. Dalam investigasinya, pabrik tersebut memalsukan label ”made in Indonesia” dan logo SNI yang sebenarnya diproduksi di China.
Nampan tipe 201 ini juga diduga mengandung mangan (logam berwarna putih keabu-abuan) yang tinggi dan tidak cocok untuk makanan asam.
Selain itu, ditemukan indikasi adanya penggunaan minyak babi atau lard dalam nampan yang diproduksi.