Rabu, 19 November 2025

Murianews, Kudus – Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, kini tengah mengajukan sosok KHR Asnawi sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia. Meski begitu, banyak yang belum tahu siapa dan mengapa beliau diajukan menjadi seorang bertitel pahlawan nasional.

Murianews.com mencoba merangkum sederet perjalanan hidup ulama Kudus tersebut dari beberapa sumber. Seperti keluarga hingga sejumlah literasi yang merujuk pada sosok KHR Asnawi. Berikut adalah kilas singkat seorang ulama sekaligus pejuang kemerdekaan tersebut.

Baru-baru ini, Pemkab Kudus mengadakan sebuah seminar untuk membedah siapa dan mengapa KHR Asnawi diajukan sebagai pahlawan nasional. Agenda tersebut terselenggara di Pendapa Kabupaten Kudus.

Ikut dihadirkan pula dalam forum tersebut yakni Kiai Hafidz. Dia adalah perwakilan keluarga besar KHR Asnawi. Di forum itulah Kiai Hafidz menceritakan banyak tentang sang Ulama.

Kiai Hafidz sempat menceritakan perjalanan singkat sang tokoh. Mulai dari dia dilahirkan hingga akhirnya menimba ilmu di Pondok Pesantren Mangunsari Tulungagung, Jawa Timur.

Dia menceritakan jika KHR Asnawi lahir pada 1.281 Hijriyah, atau pada tahun 1.861 Masehi di sebuah desa di Kudus bernama Damaran.

Orang tua KHR Asnawi bernama Haji Abdullah Husnin dan Raden Sarbinah. Keluarganya merupakan keluarga pedagang yang mahsyur di kalangan pribumi. Mereka, juga sangat mendukung dakwah Islam di tengah masyarakat.

Pada mulanya, sambung Kiai Hafidz, KHR Asnawi memiliki nama asli Raden Ahmad Syamsi. Kemudian berubah nama menjadi Raden Haji Ilyas saat menjalankan ibadah haji pertamanya. Nama Asnawi baru diperolehnya usai mengunjungi Baitullah kali ketiga.

Kiai Hafidz melanjutkan, Asnawi kecil atau kala itu bernama Raden Ahmad Syamsi, dibawa ke Tulunggagung oleh ayahnya untuk berdagang. Dia disekolahkan di Pondok Pesantren Mangunsari.

Namun karena kecintaannya terhadap belajar dan agama Islam, dia justru lebih memilih menimba ilmu di pondok tersebut.

Meski begitu Asnawi tetap mencoba untuk lebih mengenal dunia bisnis seperti yang diajarkan ayahnya. KHR Asnawi pun menjadi piawai berdagang. Meski memang, sejak awal niatnya bukanlah untuk menekuni dunia bisnis, melainkan belajar.

”Beliau ini dibawa ke sana sejatinya untuk berdagang, namun malah lebih suka belajar, hingga akhirnya sang ayah mendukungnya dan membebaskannya untuk belajar,” ujar dia.

Dimulai dari situlah, KHR Asnawi bercita-cita menjadi seorang ulama. Selang beberapa tahun mengenyam pendidikan di Mangunsari, KHR Asnawi melanjutkan studinya di Pondok Pesantren Mayong, Jepara dan setelahnya bertolak ke Makkah untuk menimba ilmu yang lebih luas lagi.

Editor: Supriyadi

Komentar