Dumelan-dumelan harga gas elpiji tiga kilogram yang tidak nalar pun juga nyaris tak dilontarkan lagi di kalangan Paguyuban PKL Sunan Kudus. Mayoritas dari mereka, mendapat gas elpiji 3 kilogram dengan harga yang cukup sama dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah daerah.
Begitu setidaknya kondisi saat ini di kalangan PKL Sunan Kudus. Ini dikatakan oleh ketua paguyuban mereka, Mundloha pada Murianews.com, baru-baru ini.
Mereka bukannya tidak pernah sambat atau mengeluh. Hanya makin ke sini, intensitasnya semakin berkurang. Terutama ketika Subsidi Tepat Pertamina dijalankan untuk pembelian produk yang kerap disapa gas melon tersebut.
Mundloha mengatakan, meski di awal sempat dilanda kekaludan karena harus mengumpulkan data diri. Nyatanya kini banyak yang merasa program ini bertujuan untuk melindungi. Melindungi para pelaku usaha mikro kecil menengah atau UMKM yang memang membutuhkan gas bersubsidi.
”Kalau di kami ada sekitar 57-an PKL dan saya rasa sudah semua. Mereka memberikan data diri ke masing-masing pangkalan yang mereka percayai dan mendapat alokasi,” katanya.
Sejauh ini, lanjut dia, para pedagang sangat mudah mendapatkan gas elpiji 3 kilogram. Meski diakuinya, beberapa kali kerap terjadi keterlambatan pengiriman di pangkalan.
Murianews, Kudus – Keluhan akan gas elpiji tiga kilogram yang langka, diakui sudah jarang terdengar lagi di kalangan mereka, para Pedagang Kaki Lima atau PKL Jalan Sunan Kudus di Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Dumelan-dumelan harga gas elpiji tiga kilogram yang tidak nalar pun juga nyaris tak dilontarkan lagi di kalangan Paguyuban PKL Sunan Kudus. Mayoritas dari mereka, mendapat gas elpiji 3 kilogram dengan harga yang cukup sama dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah daerah.
Begitu setidaknya kondisi saat ini di kalangan PKL Sunan Kudus. Ini dikatakan oleh ketua paguyuban mereka, Mundloha pada Murianews.com, baru-baru ini.
Mereka bukannya tidak pernah sambat atau mengeluh. Hanya makin ke sini, intensitasnya semakin berkurang. Terutama ketika Subsidi Tepat Pertamina dijalankan untuk pembelian produk yang kerap disapa gas melon tersebut.
Mundloha mengatakan, meski di awal sempat dilanda kekaludan karena harus mengumpulkan data diri. Nyatanya kini banyak yang merasa program ini bertujuan untuk melindungi. Melindungi para pelaku usaha mikro kecil menengah atau UMKM yang memang membutuhkan gas bersubsidi.
”Kalau di kami ada sekitar 57-an PKL dan saya rasa sudah semua. Mereka memberikan data diri ke masing-masing pangkalan yang mereka percayai dan mendapat alokasi,” katanya.
Sejauh ini, lanjut dia, para pedagang sangat mudah mendapatkan gas elpiji 3 kilogram. Meski diakuinya, beberapa kali kerap terjadi keterlambatan pengiriman di pangkalan.
Namun pangkalan diakuinya tetap menjamin untuk mendapatkan alokasi gas tiap harinya untuk kepentingan berjualan.
”Hanya saja, para pedagang sedikit berharap jika alokasi gas mereka bisa diakumulasi. Sejauh ini, ketika kami libur tidak jualan, alokasi gas kami hangus, nah ini yang kami harapkan bisa diubah sedikit, jadi sepekan kami bisa dapat alokasi tujuh tabung gas,” tuturnya.
Terlepas dari itu, Mudloha mengucapkan terima kasih kepada Pertamina, pemerintah daerah dan pihak terkait yang bisa mengawal ketersediaan gas elpiji bersubsidi. Utamanya kepada para pelaku industri mikro kecil menengah seperti mereka.
Hanya, jika ia diperbolehkan memberi masukan dan permintaan, ia berharap para paguyuban pedagang kaki lima bisa mendirikan pangkalan sendiri dan mencukupi kebutuhan gasnya sendiri.
”Tentunya kami berharap ini bisa terealisasi. Kalau begitu kan ketersediaan gas semakin terjamin, pembagiannya semakin adil dan juga bisa diurus paguyuban sendiri,” ungkapnya.
Di sisi lain, Disdag Kudus sendiri terus memantau pangkalan-pangkalan elpiji 3 kilogram di Kudus. Ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan adanya pangkalan yang menjual dengan harga di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
Kepala Bidang Fasilitasi Perdagangan, Promosi dan Perlindungan Konsumen di Disdag Kudus, Minan Muchammad mengungkapkan, Pemkab Kudus dalam hal ini telah menetapkan HET sebesar Rp 18.000/tabung.
”Jika masyarakat mengetahui ada pangkalan yang menjual tidak sesuai HET, silakan dilaporkan kepada kami dengan bukti yang jelas agar bisa ditindaklanjuti,” Minan Muchammad.
Adanya pelaksanaan program Subsidi Tepat Pertamina juga diamininya sangat membantu untuk pendataan alokasi gas elpiji 3 kilogram di tiap tahunnya. Sehingga kelangkaan akibat kurangnya pasokan sangat tidak mungkin terjadi.
Subsidi Tepat elpiji 3 kilogram sendiri merupakan pendataan atau pencatatan pengguna elpiji 3 kilogram dengan menunjukkan KTP dan KK di sub-penyalur/pangkalan resmi.
Upaya ini dilakukan untuk melaksanakan transformasi pendistribusian elpiji tiga kilogram agar lebih tepat sasaran. Kebijakan ini bertujuan agar besaran susbsidi benar benar dinikmati oleh masyarakat yang berhak.