Massa Aksi Demonstrasi Tidak Hanya Tolak Tapera, Tapi Juga UKT
Cholis Anwar
Kamis, 6 Juni 2024 12:32:00
Murianews, Jakarta – Massa yang melakukan aksi demonstrasi di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, pada Kamis (6/6/2024) ternyata tidak hanya menolak Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) tetapi juga Uang Kuliah Tunggal (UKT).
Dimungkinkan, peserta aksi demonstrasi tidak hanya dari kalangan buruh, tetapi juga ada dari kalangan mahasiswa.
Massa mulai tiba di Kawasan Patung Kuda sekitar pukul 10.10 WIB dengan menggunakan empat bus berukuran besar.
Mereka berpakaian hitam dengan penutup kepala berwarna merah. Terdapat pula tulisan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) pada penutup kepala tersebut.
Kemudian ada juga peserta aksi yang berpakaian hijau bertuliskan Federasi Serikat Pekerja Kimia Energi Pertambangan (FSPKEP).
”Secara individu kita berjuang bersama-sama untuk mempertahankan hak kita. Mari kita semangat berjuang bersama, di tengah terik matahari kita sama-sama pertahankan apa yang menjadi hak kita, semangat,” kata koordinator aksi melalui pengeras suara dari atas mobil komando, dikutip dari Antara.
Sementara dari pihak kepolisian sudah mengerahkan 1.626 personel untuk mengamankan aksi demonstrasi penolakan kebijakan Tapera itu.
Sebelumnya, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal menyatakan jika kalangan buruh akan menggelar aksi besar-besaran yang dipusatkan di Istana Negara, Jakarta Pusat.
”Tuntutan untuk mencabut PP Nomor 21 tahun 2024 tentang Tapera dan merevisi UU Tapera,” ujar Said Iqbal dikutip dari Detik.com, Senin (6/6/2024).
Selain aksi massa, Said Iqbal menyebutkan bahwa pihaknya akan melakukan gugatan judicial review ke Mahkamah Konstitusi (MK) untuk UU nomor 4 tahun 2016 tentang Tapera dan ke Mahkamah Agung (MA) untuk Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 2024 tentang Tapera.
Menurut Iqbal, dengan potongan iuran sebesar 2,5 persen dari upah buruh, tidak ada kepastian bagi buruh untuk bisa mendapatkan rumah.
”Dalam sepuluh hingga dua puluh tahun kepesertaannya, buruh tidak akan bisa membeli rumah. Bahkan hanya untuk uang muka saja tidak akan mencukupi,” ungkapnya.



