Jumat, 21 November 2025

Murianews, Banyuwangi – Pemandangan unik dan penuh makna terlihat di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Jajaran kasur berwarna merah dan hitam membentang sepanjang tiga kilometer di depan rumah-rumah warga.

Ini adalah tradisi Mepe Kasur, yakni merupakan ritual menyambut awal bulan Zulhijah yang dipegang teguh oleh Suku Osing, suku asli Banyuwangi.

Masyarakat Osing dikenal masih kokoh menjaga adat budaya leluhur mereka secara turun-temurun. Di balik tradisi mepe kasur ini, tersimpan doa dan pengharapan mendalam bagi generasi Osing di masa mendatang.

Budayawan Kemiren Banyuwangi, Haidi Bing Slamet menjelaskan, tidak ada catatan pasti kapan tradisi Mepe Kasur ini dimulai. Namun ia dan seluruh warga Osing meyakini kebiasaan baik ini telah ada sejak lahirnya Suku Osing di Bumi Blambangan.

Haidi menuturkan, saat menikahkan anak-anak mereka, masyarakat Suku Osing selalu membekali mereka dengan kasur berwarna merah dan hitam.

Kedua warna ini bukan sekadar pilihan, melainkan menyimpan makna doa yang akan terus dipanjatkan sepanjang hayat.

”Masyarakat suku Osing itu selalu memiliki makna dalam setiap gerak hidupnya, kasur itu memiliki makna doa yang dipanjatkan. Kalau warna merah itu bermakna keabadian rumah tangga dan warna hitam itu bermakna tolak bala,” ujar Haidi dikutip dari Detikjatim.com, Jumat (30/5/2025).  

Simbol warna ini diyakini masyarakat Osing sebagai wujud perlindungan bagi anak-anak mereka yang telah menempuh bahtera rumah tangga. Berlayar dengan perahunya sendiri sebagai nahkoda sekaligus awak untuk menuju kesejahteraan dan dijauhkan dari segala macam rintangan.

Tiap Zulhijah...

  • 1
  • 2

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler