Bayi perempuan yang meninggal itu adalah buah hati pasangan Mauliddiva Muhammad Kenangkana (26) dan Reza Meutia Agustina (20). Bayi tersebut merupakan anak pertama mereka, yang lahir pada 2 April 2025 lalu, dan merupakan bayi yang ditunggu-tunggu mereka selama dua tahun pernikahan.
“Anak saya itu sudah kami tunggu-tunggu selama dua tahun. Tapi hanya mampu hidup selama dua bulan,” ucap Diva saat ditemui Murianews.com, di rumahnya yang beralamat di RT 5 RW 1 Desa Wanusobo itu, Rabu (9/7/2025) siang.
Dengan sorot mata penuh kesedihan, Diva yang didampingi istrinya itu mengatakan, anaknya meninggal dunia beberapa hari setelah diimunisasi di Posyandu Melati yang tak jauh dari rumahnya. Pada 12 Juni 2025 lalu, bayinya diimunisasi ke dua dengan jenis imunisasi DPT 1. Imunisasi itu bertujuan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis atau batuk rejan dan tetanus.
“Yang nyuntik imunisasi bidan desa di Posyandu Melati,” kata Diva.
Seingat istrinya, saat itu bidan desa tak mengecek suhu badan anaknya sebelum disuntik. Bidan desa hanya menanyai apakah anaknya dalam kondisi demam, batuk atau tidak. Karena sebelum dan saat di Posyandu itu anaknya tak batuk atau demam, akhirnya bidan menyuntikkan vaksin ke paha kiri anaknya.
Setelah disuntik, lanjut Diva, bidan desa tak memberikan obat. Kemudian menyampaikan pesan, jika ada efek samping seperti panas dan bengkak pada bekas suntikan, bisa membeli obat di apotek atau dikompres. Sehari setelah imunisasi, efek samping dari vaksin itu mulai muncul pada bayinya. Suhu badan bayi panas tinggi dan terjadi bengkak pada bekas suntikan.
“Jumat mulai panas. Saya tes dengan termometer, suhunya mencapai 39 derajat celsius. Saya kemudian beli obat (sesuai anjuran bidan) Sanmol sirup. Tapi anak saya menolak meminumnya. Malah muntah-muntah,” ujar Diva.
Murianews, Jepara - Bayi berusia 2,5 bulan asal Desa Wanusobo, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng) meninggal dunia. Kejadian ini menjadi pembicaraan, karena terjadi setelah sekitar 17 hari si bayi menjalani imunisasi di Posyandu setempat. Keluarga menduga bayi meninggal usai diimunisasi.
Bayi perempuan yang meninggal itu adalah buah hati pasangan Mauliddiva Muhammad Kenangkana (26) dan Reza Meutia Agustina (20). Bayi tersebut merupakan anak pertama mereka, yang lahir pada 2 April 2025 lalu, dan merupakan bayi yang ditunggu-tunggu mereka selama dua tahun pernikahan.
“Anak saya itu sudah kami tunggu-tunggu selama dua tahun. Tapi hanya mampu hidup selama dua bulan,” ucap Diva saat ditemui Murianews.com, di rumahnya yang beralamat di RT 5 RW 1 Desa Wanusobo itu, Rabu (9/7/2025) siang.
Dengan sorot mata penuh kesedihan, Diva yang didampingi istrinya itu mengatakan, anaknya meninggal dunia beberapa hari setelah diimunisasi di Posyandu Melati yang tak jauh dari rumahnya. Pada 12 Juni 2025 lalu, bayinya diimunisasi ke dua dengan jenis imunisasi DPT 1. Imunisasi itu bertujuan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis atau batuk rejan dan tetanus.
“Yang nyuntik imunisasi bidan desa di Posyandu Melati,” kata Diva.
Seingat istrinya, saat itu bidan desa tak mengecek suhu badan anaknya sebelum disuntik. Bidan desa hanya menanyai apakah anaknya dalam kondisi demam, batuk atau tidak. Karena sebelum dan saat di Posyandu itu anaknya tak batuk atau demam, akhirnya bidan menyuntikkan vaksin ke paha kiri anaknya.
Setelah disuntik, lanjut Diva, bidan desa tak memberikan obat. Kemudian menyampaikan pesan, jika ada efek samping seperti panas dan bengkak pada bekas suntikan, bisa membeli obat di apotek atau dikompres. Sehari setelah imunisasi, efek samping dari vaksin itu mulai muncul pada bayinya. Suhu badan bayi panas tinggi dan terjadi bengkak pada bekas suntikan.
“Jumat mulai panas. Saya tes dengan termometer, suhunya mencapai 39 derajat celsius. Saya kemudian beli obat (sesuai anjuran bidan) Sanmol sirup. Tapi anak saya menolak meminumnya. Malah muntah-muntah,” ujar Diva.
Hari ke-3...
Pada hari ke tiga setelah imunisasi, demam turun dan bengkak sedikit kempes. Namun 14 hari setelahnya, bayinya tiba-tiba terbangun di tengah malam, matanya melihat ke atas, tak bersuara dan tangannya dingin. Bayinya juga beberapa kali muntah setelah diberi ASI ibunya.
“Pagi harinya saya periksa ke dokter Fuad di klinik di Desa Troso. Kemudian dirujuk ke RS PKU Muhammadiyah Mayong,” imbuh dia.
Pada 27 Juni 2025, bayinya mulai dirawat di ruang PICU NICU RS PKU Muhammadiyah Mayong. Lalu pada 29 Juni 2025 pukul 08.07 WIB, bayi cantiknya dinyatakan meninggal dunia.
“Sabtu (dini hari) anak saya kejang, detak jantung sempat berhenti, sempat dipasang alat ventilator tapi kondisinya semakin menurun. Malam minggu kakinya sempat merespon (ada gerakan). Tapi, Minggu pagi anak saya dinyatakan meninggal dunia,” pungkas Diva.
Sampai berita ini diunggah, Murianews.com belum bisa mendapatkan konfirmasi dari pihak-pihak yang berwenang. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara (DKK Jepara) yang dihubungi melalui telepon dan pesan WhatsAp juga belum memberikan jawaban.
Untuk Meningkatkan akurasi dan kualitas informasi, artikel berita ini telah mengalami perubahan pada judul dan isi berita. Demikian mohon bisa menjadikan maklum. Redaksi Murianews.com.*
Editor: Budi Santoso