Alokasi pupuk yang diberikan pemerintah dinilai tidak sebanding dengan kebutuhan nyata di lapangan, sehingga banyak petani harus membeli pupuk non-subsidi dengan harga lebih mahal.
Seorang petani Kudus, Firda Kurniawan mengungkapkan kondisi itu sangat memberatkan. Menurutnya, setiap hektare lahan membutuhkan setidaknya 7 kuintal pupuk, namun saat ini mereka hanya mendapatkan jatah 3 kuintal per hektare.
”Kami benar-benar kesulitan. Dengan hanya 3 kuintal per hektare, hasil pertanian kami bisa menurun karena tanaman tidak mendapatkan nutrisi yang cukup. Akibatnya, kami harus membeli pupuk non-subsidi yang harganya lebih mahal dua kali lipat,” ujarnya kepada Murianews.com.
Harga pupuk subsidi saat ini berkisar Rp 130 ribu per 50 kilogram, sementara pupuk non-subsidi mencapai Rp 350 ribu per kilogram.
Selisih harga yang cukup besar ini membuat petani harus mengeluarkan biaya lebih untuk memastikan tanaman mereka tetap produktif.
Terlebih saat ini harga gabah tidak stabil. Beruntungnya, sekarang Bulog berkenan membeli gabang dari petani dengan harga yang lebih baik sehingga petani mendapatkan sedikit keuntungan.
Murianews, Kudus – Petani di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah kembali mengeluhkan alokasi pupuk subsidi yang tidak mencukupi kebutuhan mereka.
Alokasi pupuk yang diberikan pemerintah dinilai tidak sebanding dengan kebutuhan nyata di lapangan, sehingga banyak petani harus membeli pupuk non-subsidi dengan harga lebih mahal.
Seorang petani Kudus, Firda Kurniawan mengungkapkan kondisi itu sangat memberatkan. Menurutnya, setiap hektare lahan membutuhkan setidaknya 7 kuintal pupuk, namun saat ini mereka hanya mendapatkan jatah 3 kuintal per hektare.
”Kami benar-benar kesulitan. Dengan hanya 3 kuintal per hektare, hasil pertanian kami bisa menurun karena tanaman tidak mendapatkan nutrisi yang cukup. Akibatnya, kami harus membeli pupuk non-subsidi yang harganya lebih mahal dua kali lipat,” ujarnya kepada Murianews.com.
Harga pupuk subsidi saat ini berkisar Rp 130 ribu per 50 kilogram, sementara pupuk non-subsidi mencapai Rp 350 ribu per kilogram.
Selisih harga yang cukup besar ini membuat petani harus mengeluarkan biaya lebih untuk memastikan tanaman mereka tetap produktif.
Terlebih saat ini harga gabah tidak stabil. Beruntungnya, sekarang Bulog berkenan membeli gabang dari petani dengan harga yang lebih baik sehingga petani mendapatkan sedikit keuntungan.
Penggunaan Kartu Tani...
Firda menyoroti penggunaan kartu tani sebagai syarat pembelian pupuk subsidi. Menurutnya, kartu tani tidak lagi diperlukan lagi ke depannya.
”Saat ini masih menggunakan kartu tani. Sebenarnya yang terpenting bagi kami bukan kartu tani, tetapi bagaimana pemerintah bisa menyesuaikan alokasi pupuk dengan kebutuhan sebenarnya. Jika alokasinya mencukupi, kami tidak perlu mencari pupuk tambahan dengan harga tinggi,” tambahnya.
Para petani berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Dengan alokasi pupuk yang sesuai, diharapkan hasil pertanian tetap optimal dan kesejahteraan petani tidak semakin tertekan akibat mahalnya biaya produksi.
Editor: Zulkifli Fahmi