”Pada waktu itu memang dibangun Pati yang kita kenal seperti sekarang ini. Condro Adinegoro saat itu membangun Pati dengan cita rasa perpaduan. Dengan (budaya) barat (Eropa), Jawa sehingga dibangun Masjid Agung yang berdekatan dengan kantor pemerintahan dan Pasar. Dimana sekarang Pasar menjadi Pasar Rogowangsan,” ujar Ragil kepada Murianews.com.
Bukti pambangunan ini tertuang dalam prasasti kaligrafi milik Masjid Agung Baitunnur Pati yang sekarang berada di Masjid Gambiran. Kaligrafi tersebut berbunyi, ’ibtidaa’u binaa’i hadza al-masjid fii sanah 1261 H / 1845 M’ (awal pembangunan Masjid ini adalah pada tahun 1261 hijriyah bertepatan dengan tahun 1845 masehi).
Pembangunan Masjid Agung Baitunnur Pati ini seiring dengan terbentuknya sejumlah perkampungan beberapa etnis. Mulai dari Kampung Kauman untuk orang Arab dan Pecinan untuk kaum China.
”Masjid Agung dibangun di tengah kampung orang Arab, Kauman di sisi barat Alun-alun Pati,” tutur dia.
Arsitektur Masjid Agung Pati awalnya bergaya perpaduan antara Eropa dan Jawa. Atap kerucut tiga tumpang menjadi ciri khas. Atap ini mirip dengan Masjid Agung Demak yang masih dipertahankan hingga kini.
Murianews, Pati – Bupati Pati Sudewo berencana merenovasi Masjid Agung Baitunnur Pati. Sejarah berdirinya masjid yang berada di kawasan Simpang Lima Pati itu pun patut diketahui oleh masyarakat.
Pegiat Sejarah Kabupaten Pati, Ragil Haryo Yudiartanto memaparkan, Masjid Agung Pati didirikan oleh Adipati Aryo Condro Adinegoro tahun 1845. Atau seratus tahun sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merdeka dari tangan kolonial Belanda.
”Pada waktu itu memang dibangun Pati yang kita kenal seperti sekarang ini. Condro Adinegoro saat itu membangun Pati dengan cita rasa perpaduan. Dengan (budaya) barat (Eropa), Jawa sehingga dibangun Masjid Agung yang berdekatan dengan kantor pemerintahan dan Pasar. Dimana sekarang Pasar menjadi Pasar Rogowangsan,” ujar Ragil kepada Murianews.com.
Bukti pambangunan ini tertuang dalam prasasti kaligrafi milik Masjid Agung Baitunnur Pati yang sekarang berada di Masjid Gambiran. Kaligrafi tersebut berbunyi, ’ibtidaa’u binaa’i hadza al-masjid fii sanah 1261 H / 1845 M’ (awal pembangunan Masjid ini adalah pada tahun 1261 hijriyah bertepatan dengan tahun 1845 masehi).
Pembangunan Masjid Agung Baitunnur Pati ini seiring dengan terbentuknya sejumlah perkampungan beberapa etnis. Mulai dari Kampung Kauman untuk orang Arab dan Pecinan untuk kaum China.
”Masjid Agung dibangun di tengah kampung orang Arab, Kauman di sisi barat Alun-alun Pati,” tutur dia.
Arsitektur Masjid Agung Pati awalnya bergaya perpaduan antara Eropa dan Jawa. Atap kerucut tiga tumpang menjadi ciri khas. Atap ini mirip dengan Masjid Agung Demak yang masih dipertahankan hingga kini.
Direnovasi 1969...
Namun pada tahun 1969, masjid kebanggaan umat Islam Pati ini direnovasi dimasa kepemimpinan Bupati AKBP Raden Soehargo Djojolukito. Renovasi pertama ini tak terlalu mengubah bentuk masjid.
Atap tumpang tiga masih dipertahankan dengan penambahan kubah kecil diatas atap yang menggantikan mustaka. Pelebaran juga dilakukan pada saat itu.
Hal ini tertuang dalam prasasti yang berbunyi: ’tajdiid wa tausii’u hadza al-masjid fii sanah 1389 H / 1969 M’ (renovasi dan perluasan Masjid ini adalah pada tahun 1389 hijriyah yang bertepatan dengan tahun 1969 masehi.
Sepuluh tahun berselang, di akhir Jabatan Bupati Kolpol Drs Edy Rustam Santiko, Masjid Agung Pati direnovasi besar-besaran. Desain masjid pada renovasi kedua ini dilakukan oleh Nu’man dari ITB Bandung.
Renovasi ini mengubah total bangunan masjid. Yang awalnya tersusun atap tiga tumpang yang berlambangkan, islam, iman dan ikhsan menjadi lebih minimalis. Perpaduan antara Jawa dan Eropa sudah tak tampak. Masjid Agung sekarang menjadi tanpa kubah namun unsur Jawa masih terlihat.
Lantai Masjid Agung dilapisi dengan bantuan marmer. Termasuk dinding depan dan belakang disusun bantuan marmer serta dihiasi ukiran kaligrafi Arab.
”Sebenarnya sudah hilang estetika budaya. Ada percampuran arsitektur antara Jawa dan Eropa. Ada pintu gerbang yang diset seperti Eropa dengan tembok kokoh. Kemudian Jawanya kelihatan dengan tumpang tiga,” ungkap dia.
Kubah Kuncup Bunga...
Hingga pada akhir tahun 2021 hingga awal 2022, di akhir kepemimpinan Bupati Pati Haryanto, Masjid Agung Pati kembali direnovasi dengan penambahan kubah berbentuk kuncup bunga.
”Dulu namanya tidak Baitunnur Pati. di koran tahun 1970-an awal masjid itu dinamakan Masjid Attaqwa. Kemungkinan diubah menjadi Masjid Agung Baitunnur Pati pada kepemimpinan Bupati Rustam Santiko,” pungkas dia.
Editor: Budi Santoso
