Begitu setidaknya kepercayaan awam sejauh ini tentang Rajah Kalacakra. Rajah yang dipercaya berada di satu gapura depan komplek Menara Kudus. Tepatnya di gapura depan menuju area publik Makam Sunan Kudus.
Rajah ini pun sudah tersohor ke penjuru negeri. Kebetulan-kebetulan yang terjadi selama ini, menambah sakral si rajah ini. Banyak yang percaya sehingga kemudian para pejabat ogah bersinggungan dengan rajah yang sejatinya memiliki arti baik tersebut.
Jangankan melintas, berdekatan pun serasa enggan. Banyak pejabat takut bila rajah itu ngalup dan bakal terjadi ke mereka sendiri.
Bahkan sekelas bupati dan para pejabat daerah dulu hingga kini, bisa dibilang jarang ngelurug ke Menara Kudus. Bila ada acara di komplek Menara, mereka lebih memilih aman dengan mewakilkannya kepada para bawahan. Atau dengan masuk melalui pintu belakang.
Fenomena ini terjadi sampai setidaknya Penjabat (Pj) Bupati Kudus HM Hasan Chabibie masuk dan memimpin Kudus sejak awal tahun ini.
Berasal dari kalangan santri, Ia nampak nyaman-nyaman saja wira-wiri di Komplek Menara Kudus. Mulai dari ziarah Makam Sunan Kudus setibanya di Kota Kretek, naik dan menabuh sendiri bedug Menara Kudus sebagai tanda masuk Bulan Ramadan.
Hasan, bisa dibilang adalah pemimpin yang akrab dengan Kalacakra. Ia sendiri mengetahui tentang cerita dari sang rajah ampuh ini. Namun karena niat tulus mengabdi untuk masyarakat Kudus, Ia sedikit mengesampingkan cerita-cerita yang berkembang tentang Kalacakra.
Murianews, Kudus – ”Kalau pejabat lewat, maka akan langsung diturunkan jabatannya. Kalau pemimpin melintasi gapura, maka suatu saat langsung turun tahta,”
Begitu setidaknya kepercayaan awam sejauh ini tentang Rajah Kalacakra. Rajah yang dipercaya berada di satu gapura depan komplek Menara Kudus. Tepatnya di gapura depan menuju area publik Makam Sunan Kudus.
Rajah ini pun sudah tersohor ke penjuru negeri. Kebetulan-kebetulan yang terjadi selama ini, menambah sakral si rajah ini. Banyak yang percaya sehingga kemudian para pejabat ogah bersinggungan dengan rajah yang sejatinya memiliki arti baik tersebut.
Jangankan melintas, berdekatan pun serasa enggan. Banyak pejabat takut bila rajah itu ngalup dan bakal terjadi ke mereka sendiri.
Bahkan sekelas bupati dan para pejabat daerah dulu hingga kini, bisa dibilang jarang ngelurug ke Menara Kudus. Bila ada acara di komplek Menara, mereka lebih memilih aman dengan mewakilkannya kepada para bawahan. Atau dengan masuk melalui pintu belakang.
Fenomena ini terjadi sampai setidaknya Penjabat (Pj) Bupati Kudus HM Hasan Chabibie masuk dan memimpin Kudus sejak awal tahun ini.
Berasal dari kalangan santri, Ia nampak nyaman-nyaman saja wira-wiri di Komplek Menara Kudus. Mulai dari ziarah Makam Sunan Kudus setibanya di Kota Kretek, naik dan menabuh sendiri bedug Menara Kudus sebagai tanda masuk Bulan Ramadan.
Hasan, bisa dibilang adalah pemimpin yang akrab dengan Kalacakra. Ia sendiri mengetahui tentang cerita dari sang rajah ampuh ini. Namun karena niat tulus mengabdi untuk masyarakat Kudus, Ia sedikit mengesampingkan cerita-cerita yang berkembang tentang Kalacakra.
Hasan percaya, selama mereka memiliki niat baik dalam mengabdi, maka tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Bekerja sepenuh hati untuk masyarakat dan tidak mengejar keuntungan sendiri adalah hal yang terus dilakukan Hasan hingga masa jabatannya kini.
Baru-baru ini, ia pun kembali membuat gebrakan dengan melakukan fenomena yang sangat langka.
Yakni mengajak seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) berpangkat untuk melaksanakan ikrar. Ia juga menggelar pelantikan pejabat Pemkab Kudus. Dua kegiatan tersebut dilakukan tepat dan persis di bawah kaki Menara Kudus dan di bawah Gerbang Rajah Kalacakra.
”Kami ingin kami ini bisa meningkatkan kembali Khidmah atau pelayanan kepada masyarakat, kami berikrar di tempat yang sangat Istimewa bagi kami, yakni di bawah Kaki Menara Kudus, karena segala peradaban memang berawal dari sini,” ujar Hasan.
Tak sekedar cari sensasi atau hanya digelar secara spontan. Pelantikan dan ikrar para PNS di lingkungan Pemkab Kudus juga menjadi batasan agar para PNS tidak lupa jabatan.
”Kami ingin melandasi pelayanan masyarakat ini dengan nilai-nilai spiritual, harapannya ini bisa terus menambah rasa tanggungjawab dalam melayani masyarakat,” ungkap Hasan.
Bagian Penelitian dan Pengembangan Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) Abdul Jalil pun memberikan keterangan yang ringkas tentang bagaimana Rajah ini bekerja.
Rajah Kalacakra sendiri, lebih diartikannya sebagai rajah pensucian. Pensucian untuk pejabat-pejabat yang memang dalam tanda kutip memiliki noda yang melekat.
Secara alamiah, orang-orang yang memegang jabatan pasti memegang sebuah amanah. Apabila ada penyimpangan terhadap Amanah itu, pastilah ada sesuatu yang harus dibayar. Baik dibayar baik, buruk akan disucikan dengan hal-hal yang tampak buruk namun tujuannya baik.
Setiap kata, yang diucap dan setiap kata yang ditulis mengandung risiko. Jika berkaitan dengan Amanah, tentulah urusannya dunia dan akhirat.
”Kalau ada penyimpangan terhadap Amanah itu, ya tentu ada sesuatu yang harus dibayar. Setiapkata yang diucap dan ditulis ada resiko dunia akhirat,” ujar Jalil.
Dia mengungkapkan, seharusnya para pejabat tidak perlu takut untuk berada atau bahkan melewati Gerbang Rajah Kalacakra. Apabila takut, maka tentu menjadi pertanyaan mengapa hal biasa seperti melintasi rajah selalu dirisaukan pejabat-pejabat.
Jalil pun membuat sebuah perumpanaan yang gampang.
”Gampangnya memahami seperti ini, kalau orang solat selama dia tidak kentut kan ya sah-sah saja solatnya. Kecuali kok tetiba dia berhenti salat, maka siapa tahu dia sedang kentut,” tuturnya.
Sejauh pihaknya berada di dalam lingkup Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK), diakuinya baru Pj Bupati Kudus HM Hasan Chabibie yang melantik para pejabatnya di bawah kaki Menara Kudus.
Ini seolah mengembalikan sejarah lama yang pernah terjadi di masa Bupati Kudus pertama dan kedua. Fenomena ini mengulang sejarah yang sudah terjadi 500 tahun lalu.
”Ketika pemda menginisiasi kegitan ini tentu kami iyakan, karena ini adalah momen mengembalikan sejarah 500 tahun lalu karena kita membacanya jauh ke belakang di mana peradaban Kudus ini dimulai dari Menara, segala kegiatan pemerintahan ya di sini,” tambah Jalil
Dia menambahkan, pada zaman dahulu sendiri, area Menara Kudus terbagi dalam tiga zona. Area pertama adalah masjid dan Menara. Kemudia area kedua adalah tajug tempat di mana ada rajah kalacakra hingga menuju pintu makam dan area ketiga adalah makam.
”Nah area 2 inilah yang merupakan area publik. Saya sendiri mendukung pelantikan dilaksanakan di bawah sana, agar para pejabat juga ingat bahwa Kudus itu ya berawal dari Menara ini, langkah dari Pj Bupati Kudus ini perlu didukung bersama,” tuturnya.