Tahun kedua menitih usahanya, ia sudah bersama Pertamina. Kemajuan dan dampak dari kerjasama ini pun mulai dirasakannya. Perkembangan usaha hingga kenaikan penjualan mulai didapatkannya meski belum seberapa.
”Yang namanya dampak baik itu bisa dibilang langsung dirasakan. Ini yang saya rasakan ketika Pertamina menggandeng saya sebagai mitra. Pinjaman modal dengan bunga yang sangat rendah menjadikan saya mulai mengembangkan usaha,” sambung Awan.
Pembelian alat ukir, bahan baku kayu jati hingga penambahan karyawan pelan-pelan mulai dilaksanakan Awan di awal 2020-an. Enam penjualan produk di tahun keduanya menjadi satu hal yang ia syukuri.
”Saya berpedoman pada Jack Ma, kalau usaha dua tahun nggak jalan, yasudah cari lainnya. Tapi ini saya merasa usaha sudah jalan, makanya semakin saya lanjutkan, dari satu penjualan ke enam penjualan adalah lumayan menurut saya,” ujarnya.
Namun pada tahun itu juga, usahanya hampir tidur sementara gegara badai Corona. Beruntungnya Awan dan usahanya tidak membutuhkan banyak pertemuan yang kala itu memang dibatasi pemerintah Indonesia dan Dunia.
Awan pun mulai berselancar di dunia maya. Masuk ke berbagai toko belanja daring, menjajakan kaligrafinya dengan harga yang sesuai karyanya. Sadar kemampuan berjualan di internet butuh keahlian, Awan mengambil pelatihan-pelatihan yang disiapkan Pertamina.
Ia pun mengambil dua pelatihan yang berbeda. Yakni branding produk dan cara memasarkan produknya. Singkat cerita, Awan pun menyerap ilmunya dan menerapkannya dalam kegiatan jual belinya.
Hasilnya? Produknya kini laku bahkan di luar Jawa. Pengiriman ke Sulawesi, Kalimantan hingga Sumatera, pernah ia lakukan. Bahkan jika ingin jumawa, hanya dua pulau besar saja yang belum pernah dijajaki kaligrafinya, yakni Bali dan Papua.
Murianews, Kudus – Dari pekerja, kini menciptakan lapangan kerja. Begitulah perjalanan Putut Setiawan, pemilik Setiawan Produk Kaligrafi kurang lebih dalam kurun waktu lima tahun ke belakang.
Ia bersama usaha kaligrafi ukirnya, berhasil menjadi pegangan hidup sebagian masyarakat Desa Kawak Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah dalam beberapa tahun ini.
Bahkan ketika titik terberat di mana badai Corona melanda Indonesia, Awan berhasil keluar nyaris ‘tanpa luka’. Semua, berawal dari kerjasamanya dengan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bernama Pertamina.
Kepada Murianews.com, Awan pun menceritakan bagaimana suka-duka merintis usaha kaligrafinya. Uluran tangan dari Pertamina sebagai mitra, menjadikannya semakin kuat dalam mengembangkan usahanya yang masih seumur jagung kala itu.
Berangkat sebagai seorang pekerja ukir biasa di tahun 2019, Awan muda merasa hidupnya tidak bisa terus-terusan seperti ini. Nasib memang tidak ada yang mengetahui, namun Awan menolak berpasrah dan berpuas diri dengan hanya menjadi pekerja di salah satu produsen mebel di Jepara.
Ia berupaya mengepakkan sayap kreatifitasnya dengan mencoba untuk membuat dan memasarkan sendiri ukiran kaligrafinya. Tak terlalu cemerlang di awal, ia tidak menyerah. Modal yang pas-pasan juga disiasatinya dengan keberanian mengambil risiko.
”Awal itu kan saya masih ikut orang, kemudian coba-coba buat sendiri dan tahun pertaman itu laku satu saja, begitu pun saya sudah senang,” kata Awan pada Murianews.com baru-baru ini.
Jalannya mulai terbuka ketika salah seorang temannya mengenalkannya kepada Pertamina. Pinjaman modal usaha dengan bunga lunak bisa dibilang adalah pulung baginya dan usahanya. Awan pun dengan yakin mengambil pinjaman ke Pertamina.
Tahun kedua menitih usahanya, ia sudah bersama Pertamina. Kemajuan dan dampak dari kerjasama ini pun mulai dirasakannya. Perkembangan usaha hingga kenaikan penjualan mulai didapatkannya meski belum seberapa.
”Yang namanya dampak baik itu bisa dibilang langsung dirasakan. Ini yang saya rasakan ketika Pertamina menggandeng saya sebagai mitra. Pinjaman modal dengan bunga yang sangat rendah menjadikan saya mulai mengembangkan usaha,” sambung Awan.
Pembelian alat ukir, bahan baku kayu jati hingga penambahan karyawan pelan-pelan mulai dilaksanakan Awan di awal 2020-an. Enam penjualan produk di tahun keduanya menjadi satu hal yang ia syukuri.
”Saya berpedoman pada Jack Ma, kalau usaha dua tahun nggak jalan, yasudah cari lainnya. Tapi ini saya merasa usaha sudah jalan, makanya semakin saya lanjutkan, dari satu penjualan ke enam penjualan adalah lumayan menurut saya,” ujarnya.
Namun pada tahun itu juga, usahanya hampir tidur sementara gegara badai Corona. Beruntungnya Awan dan usahanya tidak membutuhkan banyak pertemuan yang kala itu memang dibatasi pemerintah Indonesia dan Dunia.
Awan pun mulai berselancar di dunia maya. Masuk ke berbagai toko belanja daring, menjajakan kaligrafinya dengan harga yang sesuai karyanya. Sadar kemampuan berjualan di internet butuh keahlian, Awan mengambil pelatihan-pelatihan yang disiapkan Pertamina.
Ia pun mengambil dua pelatihan yang berbeda. Yakni branding produk dan cara memasarkan produknya. Singkat cerita, Awan pun menyerap ilmunya dan menerapkannya dalam kegiatan jual belinya.
Hasilnya? Produknya kini laku bahkan di luar Jawa. Pengiriman ke Sulawesi, Kalimantan hingga Sumatera, pernah ia lakukan. Bahkan jika ingin jumawa, hanya dua pulau besar saja yang belum pernah dijajaki kaligrafinya, yakni Bali dan Papua.
Selebihnya, Awan menyebut pengirimannya cukup merata walau tidak seluruhnya wilayah pernah ia kirim.
”Benar-benar ngefek sekali pelatihannya. Sampai Corona itu saya tidak berhenti menjual produk kami. Ya Alhamdulillah-nya kan kalau beli kaligrafi itu ndak pernah ada yang nipu ya, karena mereka niat beli. Terlepas dari itu, pelatihan dari Pertamina menambah ilmu kami dalam berjualan online,” tututrnya.
Dalam badai Corona itu pula, Awan bisa mengangkat sejumlah pekerja di lingkungan rumahnya. Memberdayakan mereka yang memang fokus pada kerajinan ukir dan menjadi pegangan hidup sepuluhan karyawan tetap maupun tak tetapnya.
Kini, tujuannya sebagai perajin kaligrafi ukir pun terealisasi. Di tengah kenaikan pesanan dan omzet yang terus berdatangan, ia memastikan terus berkreasi untuk menyambung hidupnya dan keluarganya. Serta tetap menjadi sumber penghidupan dari sejumlah karyawan-karyawannya.
”Tentu kami berterimakasih kepada Pertamina yang memberikan kami kesempatan sebagai mitranya. Ketika nanti Pertamina punya program-program unggulan untuk usaha kecil seperti kami, tentu kami berharap bisa diikutsertakan kembali,” ungkapnya.
Ruqin, adalah satu yang menggantungkan nasibnya di industri kecil milik Awan. Ia sudah dua tahunan ini ikut dengan Awan membuat kaligrafi-kaligrafi ukir yang rupawan. Dari yang ukuran kecil, sedang, hingga besar.
Pria 35 tahun lulusan sekolah menengah pertama ini pun mengaku bersyukur bisa bekerja dengan Awan. Kedekatan dengan rumah adalah hal yang paling ia syukuri. Sebelum ini Ruqin memang merantau ke luar Jawa tepatnya di Sumatera. Membuat daun jendela dan ukiran lainnya.
”Ya tentu kami bersyukur. Istilahnya kalau ada lapangan kerja yang dekat rumah kenapa milih yang jauh,” tutur Rukin.
Upah Rp 95 ribu rupiah per harinya pun dirasa sangat cukup baginya dan keluarga. Meski tak sebesar gaji karyawan-karyawan pabrik pada umumnya, ia tetap merasa lega masih ada tetangga yang bersedia menggunakan jasanya.
”Ya dengan gaji segitu Alhamdulillah sudah cukup untuk kebutuhan keluarga,” ungkapnya.
Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho mengungkapkan, Pertamina sebagai BUMN menjalankan Program Pendanaan Usaha Mikro Kecil (PPUMK) sebagai salah satu program Tanggung Jawa Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang diatur pada Peraturan Menteri BUMN.
Melalui program tersebut Pertamina memberikan dukungan pinjaman modal usaha dan pembiayaan syariah sekaligus kesempatan pembinaan dan pengembangan usaha para mitra binaannya.
Sejak tahun 2023, sambung Brasto, penjaringan pelaku usaha untuk menjadi mitra binaan Program Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil (PPUMK) BUMN disinergikan melalui Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk skema pinjaman konvensional dan Pegadaian untuk skema pembiayaan syariah sesuai arahan Kementerian BUMN.
”Bagi para pelaku usaha mikro dan kecil, khususnya di Jepara dapat mengakses program tersebut dengan melakukan pendaftaran dan pengajuan melalui BRI dan Pegadaian,” ungkapnya.