Kamis, 20 November 2025

Selebihnya, Awan menyebut pengirimannya cukup merata walau tidak seluruhnya wilayah pernah ia kirim.

”Benar-benar ngefek sekali pelatihannya. Sampai Corona itu saya tidak berhenti menjual produk kami. Ya Alhamdulillah-nya kan kalau beli kaligrafi itu ndak pernah ada yang nipu ya, karena mereka niat beli. Terlepas dari itu, pelatihan dari Pertamina menambah ilmu kami dalam berjualan online,” tututrnya.

Dalam badai Corona itu pula, Awan bisa mengangkat sejumlah pekerja di lingkungan rumahnya. Memberdayakan mereka yang memang fokus pada kerajinan ukir dan menjadi pegangan hidup sepuluhan karyawan tetap maupun tak tetapnya.

Kini, tujuannya sebagai perajin kaligrafi ukir pun terealisasi. Di tengah kenaikan pesanan dan omzet yang terus berdatangan, ia memastikan terus berkreasi untuk menyambung hidupnya dan keluarganya. Serta tetap menjadi sumber penghidupan dari sejumlah karyawan-karyawannya.

”Tentu kami berterimakasih kepada Pertamina yang memberikan kami kesempatan sebagai mitranya. Ketika nanti Pertamina punya program-program unggulan untuk usaha kecil seperti kami, tentu kami berharap bisa diikutsertakan kembali,” ungkapnya.

Ruqin, adalah satu yang menggantungkan nasibnya di industri kecil milik Awan. Ia sudah dua tahunan ini ikut dengan Awan membuat kaligrafi-kaligrafi ukir yang rupawan. Dari yang ukuran kecil, sedang, hingga besar.

Pria 35 tahun lulusan sekolah menengah pertama ini pun mengaku bersyukur bisa bekerja dengan Awan. Kedekatan dengan rumah adalah hal yang paling ia syukuri. Sebelum ini Ruqin memang merantau ke luar Jawa tepatnya di Sumatera. Membuat daun jendela dan ukiran lainnya.

”Ya tentu kami bersyukur. Istilahnya kalau ada lapangan kerja yang dekat rumah kenapa milih yang jauh,” tutur Rukin.

Upah Rp 95 ribu rupiah per harinya pun dirasa sangat cukup baginya dan keluarga. Meski tak sebesar gaji karyawan-karyawan pabrik pada umumnya, ia tetap merasa lega masih ada tetangga yang bersedia menggunakan jasanya.

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler