Dengan inovasi Profesor Tani ini, lanjut Wakid, para petani dapat mengairi sawah mereka melalui ponsel berdasarkan kondisi tanah, memberikan pupuk berdasarkan kesuburan tanah.
Serta menggunakan energi terbarukan yang ramah lingkungan (solar cell). ”Sehingga bertani terasa sangat mudah dan menyenangkan,” katanya.
Wakid mengklaim, dampak dari Inovasi Profesor Tani ini membuat bertani semakin mudah, menarik dan menguntungkan. Hal inilah yang diharapkan mampu menarik generasi muda di Grobogan untuk bekerja di sektor pertanian.
”Karena saat ini, 78 persen petani di Grobogan didominasi usia tua. Oleh karena itu, regenerasi petani dalam rangka peningkatan ketahanan pangan harus diupayakan,” tandasnya.
”Juga ada monitoring dan kontrol petani yang didampingi,” imbuhnya.
Kemudian masing-masing kendaraan Penyuluh Pertanian (PPL) dibranding Profesor Tani dan dilengkapi dengan alat uji pH dan kesuburan tanah. Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi dan pamor penyuluh pertanian serta memberikan solusi kepada petani berdasarkan kondisi tanah yang terukur.
Hasilnya diklaim akan lebih optimal dan harga jualnya relatif lebih tinggi. Hal tersebut secara otomatis akan berdampak pada peningkatan pendapatan bagi para petani.
Murianews, Grobogan – Sektor pertanian Jawa Tengah, termasuk di Grobogan masih dihadapkan beberapa persoalan. Salah satunya adalah berkurangnya minat generasi milenial atau anak muda yang menekuni usaha pertanian.
Berkaca dari kondisi itu, beragam upaya sudah dilakukan oleh Dinas Pertanian (Dispertan) Grobogan. Terbaru, dengan menciptakan inovasi diberi label ”Profesor Tani’ yang tujuan utamanya untuk menggaet generasi milenial agar tertarik di bidang pertanian.
Kabid Penyuluhan dan Sarana Prasarana Dispertan Grobogan Wakid Mutowal menjelaskan, Profesor Tani ini merupakan singkatan dari ”Precision Farming for Energy, Soil and Water to Increase the Production Efficiency and Farmer Income”. Inovasi itu adalah upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air, pupuk, dan energi.
Wakid mengatakan, inovasi Profesor Tani ini merupakan sebuah julukan yang diberikan kepada para petani atas jasa dan keahlian serta keterampilannya dalam budidaya pertanian.
Dengan julukan itu maka akan mengubah citra petani profesi yang membanggakan. ”Petani akan merasa semakin percaya diri dan bangga dengan panggilan tersebut,” ungkapnya.
Inovasi ini dilengkapi dengan aplikasi yang berisi Sawah Digital (deliniasi petak sawah beserta identitas pemiliknya di 19 desa dan 19 kecamatan), Sipuber (Sistem Informasi Pupuk Bersubsidi) yang ditujukan untuk para petani guna cek alokasi dan realisasi serta sisa pupuknya.
Kemudian, ada aplikasi Monalisa (monitoring alat dan mesin pertanian atau alsintan) untuk mengetahui kinerja alsintan yang telah diperbantukan.
”Inovasi dalam Profesor Tani dikelaskan ke dalam tiga hal. Yakni, Profesor Tani Center, Profesor Tani Car dan Application,” jelasnya.
Dengan inovasi Profesor Tani ini, lanjut Wakid, para petani dapat mengairi sawah mereka melalui ponsel berdasarkan kondisi tanah, memberikan pupuk berdasarkan kesuburan tanah.
Serta menggunakan energi terbarukan yang ramah lingkungan (solar cell). ”Sehingga bertani terasa sangat mudah dan menyenangkan,” katanya.
Wakid mengklaim, dampak dari Inovasi Profesor Tani ini membuat bertani semakin mudah, menarik dan menguntungkan. Hal inilah yang diharapkan mampu menarik generasi muda di Grobogan untuk bekerja di sektor pertanian.
”Karena saat ini, 78 persen petani di Grobogan didominasi usia tua. Oleh karena itu, regenerasi petani dalam rangka peningkatan ketahanan pangan harus diupayakan,” tandasnya.
Guna menunjang inovasi ini, ruangan aula bidang penyuluhan Dispertan Grobogan pun ia sulap menjadi pusat pengembangan Profesor Tani yang dilengkapi dengan Grup Musik Pajale Band, Perpustakaan Pertanian, SOP dan Panduan merangkai otomatisasi pertanian secara murah dan mudah.
”Juga ada monitoring dan kontrol petani yang didampingi,” imbuhnya.
Kemudian masing-masing kendaraan Penyuluh Pertanian (PPL) dibranding Profesor Tani dan dilengkapi dengan alat uji pH dan kesuburan tanah. Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi dan pamor penyuluh pertanian serta memberikan solusi kepada petani berdasarkan kondisi tanah yang terukur.
Hasilnya diklaim akan lebih optimal dan harga jualnya relatif lebih tinggi. Hal tersebut secara otomatis akan berdampak pada peningkatan pendapatan bagi para petani.