Hal ini berdasarkan rilis data resmi yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Rembang.
Menurut BPS ada dua indikator utama yang mencerminkan tren aktivitas wisata. Yaitu, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan Rata-rata Lama Menginap (RLM).
Kepala BPS Kabupaten Rembang Jubaedi menyampaikan, bahwa tingkat penghunian kamar merupakan sebuah parameter yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak kamar hotel yang digunakan dibandingkan dengan kamar yang tersedia.
”Faktor-faktor pendorong TPK dapat dipengaruhi oleh aktivitas pariwisata, infrastruktur lokal, dan kebijakan pemasaran pariwisata dan hotel di kabupaten Rembang,” katanya, dilansir dari laman Pemkab Rembang, Senin (14/4/2025).
Namun, memasuki Februari 2025, angka tersebut menurun menjadi 16,73 persen.
Dibandingkan bulan sebelumnya, terjadi penurunan sebesar 1,35 poin atau sekitar 7,47 persen. Meski mengalami penurunan bulanan, secara tahunan (year-on-year), TPK Februari 2025 mengalami kenaikan 0,77 poin dari Februari 2024 yang hanya mencapai 15,96 persen.
Murianews, Rembang – Meski tren wisata tetap bergerak positif, namun tingkat hunian hotel di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, mengalami penurunan.
Hal ini berdasarkan rilis data resmi yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Rembang.
Menurut BPS ada dua indikator utama yang mencerminkan tren aktivitas wisata. Yaitu, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan Rata-rata Lama Menginap (RLM).
Kepala BPS Kabupaten Rembang Jubaedi menyampaikan, bahwa tingkat penghunian kamar merupakan sebuah parameter yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak kamar hotel yang digunakan dibandingkan dengan kamar yang tersedia.
”Faktor-faktor pendorong TPK dapat dipengaruhi oleh aktivitas pariwisata, infrastruktur lokal, dan kebijakan pemasaran pariwisata dan hotel di kabupaten Rembang,” katanya, dilansir dari laman Pemkab Rembang, Senin (14/4/2025).
Pada Januari 2025, TPK hotel di Rembang tercatat sebesar 18,08 persen. Angka ini menandakan bahwa dari setiap 100 kamar yang tersedia, sekitar 18 kamar telah terisi oleh tamu setiap malam.
Namun, memasuki Februari 2025, angka tersebut menurun menjadi 16,73 persen.
Dibandingkan bulan sebelumnya, terjadi penurunan sebesar 1,35 poin atau sekitar 7,47 persen. Meski mengalami penurunan bulanan, secara tahunan (year-on-year), TPK Februari 2025 mengalami kenaikan 0,77 poin dari Februari 2024 yang hanya mencapai 15,96 persen.
Pertumbuhan Positif...
Hal ini menunjukkan adanya pertumbuhan positif dalam jangka panjang. ”Data tingkat penghunian kamar ini memberikan gambaran yang jelas tentang dinamika industri perhotelan di Kabupaten Rembang,” ujarnya.
Indikator kedua, Rata-rata Lama Menginap (RLM), juga mengalami sedikit penurunan.
Jika pada Januari 2025 RLM tercatat sebesar 1,17 malam, maka pada Februari 2025 angka ini turun menjadi 1,13 malam. Penurunan ini sebesar 0,04 poin secara bulanan.
Namun, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terjadi kenaikan 0,08 poin dari 1,05 malam di Februari 2024.
Fluktuasi ini mencerminkan dinamika pariwisata di Rembang yang masih bergerak aktif meskipun belum mencapai tingkat hunian yang tinggi.