Rabu, 19 November 2025

Murianews, Kudus – Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Kudus menyoroti pentingnya akses air bersih dan sanitasi yang memadai sebagai kunci utama dalam pencegahan stunting di Indonesia.

Berdasarkan riset Kementerian Kesehatan, sebanyak 60 persen kasus stunting disebabkan oleh tidak adanya air bersih dan sanitasi buruk. Kondisi ini menjadikan faktor tersebut sebagai penyebab terbesar masalah gizi kronis pada anak.

Data terbaru menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia masih berada di angka 21,6 persen pada tahun 2022, yang berarti sekitar 8,8 juta anak Indonesia menderita stunting.

Meskipun terjadi penurunan dari tahun-tahun sebelumnya, angka ini masih jauh dari target nasional untuk mencapai Indonesia bebas stunting pada tahun 2030.

”Stunting bukan hanya masalah tinggi badan anak yang pendek, tetapi juga berdampak pada perkembangan kognitif dan produktivitas anak di masa depan. Yang mengkhawatirkan, 60 persen dari kasus ini sebenarnya dapat dicegah dengan penyediaan air bersih dan sanitasi yang memadai,” ungkap Ketua LKNU Kudus Dr dr Renni Yuniati, SpDVE Sub SpDT MH.

LKNU Kudus menjelaskan, bahwa air kotor memicu rangkaian masalah kesehatan yang berujung pada stunting melalui beberapa mekanisme:

  1. Infeksi Cacing dan Parasit: Cacing yang masuk melalui air kotor menyerap nutrisi yang seharusnya untuk pertumbuhan anak, menyebabkan perlukaan dinding saluran cerna dan gangguan penyerapan zat gizi.
  2. Penyakit Diare Berkelanjutan: Mikroorganisme patogen dalam air kotor menyebabkan diare kronis yang mengakibatkan kehilangan cairan dan zat gizi penting untuk pertumbuhan.
  3. Gangguan Penyerapan Nutrisi: Peradangan saluran cerna akibat infeksi mengganggu penyerapan nutrisi meski asupan makanan cukup.
  4. Siklus Infeksi Berulang: Kondisi sanitasi buruk menciptakan siklus infeksi yang menurunkan daya tahan tubuh anak.

Sanitasi Total Berbasis Lingkungan... 

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler