Menanggapi rencana PDAM Jepara tersebut, Petinggi Desa Karimunjawa, Arif Setiawan menilai bahwa embung tidak begitu penting. Karena menurutnya, embung itu hanya akan menampung air hujan dan limpasan air baku dari sumber Legon Lele.
“Saya kira embung itu tidak penting. Berlebihan dan tidak efektif. Itu kan, untuk menampung air hujan dan ceceran dari Legon Lele. Orang Karimunjawa kok mau diberi air hujan itu bagaimana? Kalau saya ogah (tidak mau),” tegas Arif.
Arif menilai, solusi jangka panjang untuk krisis air bersih di Karimunjawa, adalah mengembalikan pengelolaan air dari PDAM Jepaara kepada Pamsimas desa. Melalui itu, secara swadaya, limpasan air akan dikelola lebih baik. Sementara itu, distribusi air ke hotel-hotel dan warga diatur lebih baik.
“Sekarang kan tidak ada pengaturan. Siapa yang bayar banyak, nyedotnya kencang, dia yang menang,” pungkas Arif.
Murianews, Jepara – Perumda Tirta Jungporo atau PDAM Jepara berencana membangun embung di Dusun Legon Lele, Desa Karimunjawa, Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan air bersih saat musim kemarau.
Kepala bagian Perencanaan PDAM Jepara, Aji Asmoro mengatakan, pembangunan embung tersebut sudah melalui tahapan kajian dan disetujui oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana. Embung itu membutuhkan lahan seluas 2,3 hektare.
Hanya saja, sampai saat ini rencana tersebut belum juga terealisasi. Lahan yang ditarget tak kunjung bisa terbeli. Pembebasan lahan dianggarkan sebesar Rp 18 miliar yang akan ditanggung oleh pemerintah daerah.
“Desain sudah jadi semua. Sekarang ada di BBWS Pemali Juwana,” kata Aji, Kamis (10/10/2024).
Aji menjelaskan, embung itu akan menampung limpasan sumber air baku di Legon Lele dan tadah air hujan ketika musim penghujan. Nantinya, air yang tertampung akan diolah menjadi air layak konsumsi. Terutama ketika musim kemarau.
Aji memperhitungkan, debit air yang dihasilkan di embung Legon Lele itu sebanyak 7,5 liter per detik. Itu bisa mengkover kebutuhan air di pusat Desa Karimunjawa dan hotel. Atau paling tidak bisa digunakan untuk 750 pelanggan.
“Disarankan, embung itu hanya digunakan di bulan Oktober-Desember. Karena debit air turun di sana dimulai bulan September,” sebut Aji.
Menanggapi Rencana.....
Menanggapi rencana PDAM Jepara tersebut, Petinggi Desa Karimunjawa, Arif Setiawan menilai bahwa embung tidak begitu penting. Karena menurutnya, embung itu hanya akan menampung air hujan dan limpasan air baku dari sumber Legon Lele.
“Saya kira embung itu tidak penting. Berlebihan dan tidak efektif. Itu kan, untuk menampung air hujan dan ceceran dari Legon Lele. Orang Karimunjawa kok mau diberi air hujan itu bagaimana? Kalau saya ogah (tidak mau),” tegas Arif.
Arif menilai, solusi jangka panjang untuk krisis air bersih di Karimunjawa, adalah mengembalikan pengelolaan air dari PDAM Jepaara kepada Pamsimas desa. Melalui itu, secara swadaya, limpasan air akan dikelola lebih baik. Sementara itu, distribusi air ke hotel-hotel dan warga diatur lebih baik.
“Sekarang kan tidak ada pengaturan. Siapa yang bayar banyak, nyedotnya kencang, dia yang menang,” pungkas Arif.
Editor: Budi Santoso