Sementara itu, Nur Khamdan (69) salah satu petani dari Desa Karangrandu, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara mengaku senang dengan cairnya bantuan tersebut.
Terlebih saat terjadi bencana banjir tahun lalu, lahan sawah miliknya seluas 5 hektare mengalami gagal panen. Kerugian yang ia alami per 0,74 hektare atau satu bahu sebesar Rp 5 juta. Sehingga total ia mengalami kerugian sekitar Rp 30-35 juta.
Menurutnya bantuan ini sangat berarti. Sebab saat ini memang sudah mulai memasuki masa tanam. Bantuan yang diterimanya akan digunakan untuk membeli pupuk dan berbagai operasional lainnya.
Murianews, Jepara – Bantuan petani yang gagal panen akibat banjir di tahun 2023 lalu di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, akhirnya cair. Bantuan tersebut diberikan kepada 3.003 petani yang tersebar di 11 kecamatan.
Muh Ali Wibowo, Kepala Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jepara menyebutkan, bantuan tersebut diberikan kepada 3.003 petani dengan total sebesar Rp 12,7 miliar.
Bantuan tersebut akan disalurkan melalui 76 kelompok tani (poktan) untuk kemudian dibagikan kepada masing-masing petani.
”Bantuan petani yang mengalami puso terdampak banjir 2023 alhamdulillah sudah cair bulan ini, Insyaallah segera kami distribusikan kepada kelompok tani untuk disalurkan kepada masing-masing anggotanya,” katanya, Sabtu (28/12/2024).
Meskipun penyalurannya melalui Kelompok Tani, Bowo memastikan bantuan tersebut tidak ada potongan apapun. Sedangkan untuk besaran yang diterima masing-masing petani menurutnya bervariasi tergantung besaran lahan sawah milik petani yang mengalami kerugian.
Bowo menjelaskan, proses penyaluran bantuan saat ini dalam tahap pemindah bukan ke rekening masing-masing petani. Ia berharap, bantuan tersebut dapat segera sampai ke masing-masing petani.
”Insyaallah ini nanti langsung bisa diterima petani dan tanpa potongan sepeserpun,” ujarnya.
Bantuan cair...
Sementara itu, Nur Khamdan (69) salah satu petani dari Desa Karangrandu, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara mengaku senang dengan cairnya bantuan tersebut.
Terlebih saat terjadi bencana banjir tahun lalu, lahan sawah miliknya seluas 5 hektare mengalami gagal panen. Kerugian yang ia alami per 0,74 hektare atau satu bahu sebesar Rp 5 juta. Sehingga total ia mengalami kerugian sekitar Rp 30-35 juta.
Menurutnya bantuan ini sangat berarti. Sebab saat ini memang sudah mulai memasuki masa tanam. Bantuan yang diterimanya akan digunakan untuk membeli pupuk dan berbagai operasional lainnya.
”Alhamdulillah senang akhirnya cair, buat beli abuk (pupuk), abuk-nya ini mahal, susah juga,” katanya.
Editor: Supriyadi