Ia kabur bersama tujuh temannya dengan melewati hutan belantara Kamboja dan ditolong suku pedalaman setempat. MF pun akhirnya terbang dan mendarat di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta untuk pulang ke Jepara.
Kepala Diskopukmnakertran) Kabupaten Jepara, Samiadji menceritakan, mulanya MF dan tujuh temannya asal Jawa Barat berangkat ke Kamboja Juni 2025 lalu.
Saat itu, mereka mendapati adanya lowongan kerja di sebuah pabrik pembuatan fiber di Kamboja. Mereka yang sudah bekerja tiga tahun di sebuah hotel di Yogyakarta pun memutuskan berangkat.
Pada keluarganya, MF tak mengatakan akan pergi bekerja ke Kamboja. Saat itu, ia berpamitan merantau ke Singapura.
Samiadji mengatakan, MF ternyata pergi ke Kamboja melalui jalur ilegal. Untuk pergi ke Kamboja pun, ia menjual sepeda motornya.
Sesampainya di Kamboja, benar memang MF dan teman-temannya mendapatkan pekerjaan di sebuah pabrik pembuatan fiber. Di sana, mereka mendapatkan fasilitas mess meski satu kamar hanya cukup ditempati satu orang.
Tiga bulan lamanya MF menjalani training di pabrik itu. Namun selama itu pula, Samiadji menyebut MF tak mendapatkan gaji. Tak hanya itu, ia juga diduga mendapatkan intimidasi dan kekerasan.
Murianews, Jepara – MF (25), korban perdagangan orang di Kamboja asal Desa Klepu, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah berhasil kabur dan kembali ke kampung halaman.
Ia kabur bersama tujuh temannya dengan melewati hutan belantara Kamboja dan ditolong suku pedalaman setempat. MF pun akhirnya terbang dan mendarat di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta untuk pulang ke Jepara.
Kepala Diskopukmnakertran) Kabupaten Jepara, Samiadji menceritakan, mulanya MF dan tujuh temannya asal Jawa Barat berangkat ke Kamboja Juni 2025 lalu.
Saat itu, mereka mendapati adanya lowongan kerja di sebuah pabrik pembuatan fiber di Kamboja. Mereka yang sudah bekerja tiga tahun di sebuah hotel di Yogyakarta pun memutuskan berangkat.
Pada keluarganya, MF tak mengatakan akan pergi bekerja ke Kamboja. Saat itu, ia berpamitan merantau ke Singapura.
Samiadji mengatakan, MF ternyata pergi ke Kamboja melalui jalur ilegal. Untuk pergi ke Kamboja pun, ia menjual sepeda motornya.
Sesampainya di Kamboja, benar memang MF dan teman-temannya mendapatkan pekerjaan di sebuah pabrik pembuatan fiber. Di sana, mereka mendapatkan fasilitas mess meski satu kamar hanya cukup ditempati satu orang.
Tiga bulan lamanya MF menjalani training di pabrik itu. Namun selama itu pula, Samiadji menyebut MF tak mendapatkan gaji. Tak hanya itu, ia juga diduga mendapatkan intimidasi dan kekerasan.
Ditendang dan dipukul...
”Dia mengalami kekerasan, ditendang, dipukuli. Delapan orang (MF dan tujuh temannya) itu sama juga mendapatkan kekerasan,” ungkap Samiadji.
Mendapatkan intimidasi dan kekerasan itu, MF dan teman-temannya berinisiatif kabur. Mereka nekat melarikan diri ke dalam hutan.
”Dalam pelariannya di tengah hutan itu, mereka ditemukan oleh suku pedalaman Kamboja. Di sana dia diberi makan alakadarnya. Selama pelarian mereka hanya minum air dari rawa, tidak makan,” kata Samiadji.
Dalam pelarian itu, MF dan teman-temannya berusaha menghubungi keluarga di tanah air dengan ponsel dan sinyal seadanya.
Pada Jumat (5/9/2025), MF berhasil terhubung dengan keluarganya. Lewat sambungan telepon itu, dia mengaku sempat disekap dan berhasil kabur lalu diselamatkan suku pedalaman.
”Dalam pelariannya dia selalu mencari sinyal agar bisa berkomunikasi dengan keluarga,” ucap Samiadji.
Mendapati informasi itu, pihak keluarga di Desa Klepu langsung melaporkannya kepada pemerintah desa setempat. Oleh Camat Keling, laporan itu diteruskan kepada Samiadji, Sabtu (6/9/2025).
Setelah itu, Samiadji langsung berkoordinasi dengan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Semarang, Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) dan Kementerian Luar Negeri.
Dipulangkan...
”Nomor telepon MF kami berikan kepada pihak-pihak tersebut. Lewat keluarga, kami berikan hotline KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) di Kamboja. Kebetulan saat itu nyambung, ada sinyal,” imbuh Samiadji.
Di sisi lain, salah satu korban yang berasal dari Jawa Barat (Jabar) juga berhasil berkomunikasi dengan keluarganya. Kebetulan, keluarga korban itu ada yang menjadi anggota militer. Sehingga orang Jabar itu berhasil dijemput keluarganya di Kamboja.
”Kemudian mereka pulang (ke Indonesia) bareng-bareng delapan orang,” kata dia.
Selanjutnya pada Sabtu (6/9/2025), mereka berangkat dari Bandara Phnom Penh Kamboja dan sampai di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta, Senin (8/9/2025) dengan dibiayai keluarga salah satu korban itu.
Pihak keluarga MF kemudian menjemput di Yogyakarta. Setelah itu, mereka naik travel jurusan Yogyakarta–Kelet (Jepara). Mereka sampai di rumah pada Senin (8/9/2025) sekitar pukul 15.30 WIB.
”Sampai di Jepara dalam kondisi lemas. Kemudian Puskesmas mengecek. Lalu kami bawa ke RSUD RA Kartini tadi malam dengan ambulans Puseksmas setempat dan didampingi Pak Camat,” terang Samiadji.
Dirawat di Rumah Sakit...
Sampai saat ini, lanjut Samiadji, MF masih dirawat di RSUD RA Kartini dengan kondisi pemulihan. Saat masuk ke RSUD, MF mengalami sakit pada perut dan luka di kaki kiri.
”Kami belum bisa mendalami informasi, karena korban masih trauma,” tandas Samiadji.
Saat Murianews.com mencoba mengkonfirmasi keluarga korban, yang bersangkutan belum berkenan memberikan keterangannya.
Editor: Zulkifli Fahmi