Ia juga menduga, bau busuk di sungai tersebut disebabkan dari limbah pabrik tersebut.
Ia menyebut, beberapa pabrik itu ada yang sudah mengolah limbahnya menjadi bio gas. Namun, beberapa lainnya membuang limbahnya ke sungai.
’’Sangat menyengat sekali. Itu pabriknya berizin mungkin ya. Namun, limbahnya itu lho yang disayangkan,’’ terangnya.
Ia khawatir dan takut untuk melaporkan kejadian yang sudah berlangsung bertahun-tahun ini. Warga kurang berani karena merasa lemah di hadapan pemangku kepentingan.
’’Sebenarnya resah tidak nyaman dengan baunya. Tapi kami tidak berani lapor apalagi demo. Takut,’’ jelasnya.
Murianews, Kudus – Sungai di Desa Garung Lor, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah mengeluarkan bau busuk yang menyengat.
Bau busuk itu pun telah mengganggu aktivitas warga di sekitaran sungai. Warga menduga, bau busuk itu datang dari limbah pabrik tahu yang sudah berlangsung lama.
Salah satu warga setempat yang enggan disebutkan namanya mengatakan, aroba busuk makin menyengat ketika musim kemarau datang.
’’Setiap hari bau tidak enak. Apalagi kalau musim kemarau itu sangat kuat baunya. Kemungkinan dari limbah pabrik tahu,’’ ungkapnya saat diwawancarai Murianews.com, Minggu (6/10/2024).
Terlebih, lanjutnya, aliran sungai itu tak lancar lantaran terdapat pintu air yang terkadang ditutup. Akibatnya, bau busuk dari sungai menjadi sangat menyengat.
’’Airnya itu tidak mengalir banyak sampah juga. Limbahnya tahu itu berhenti di sini jadi sangat bau,’’ ujarnya.
Sementara itu, salah seorang warga yang rumahnya tepat dipinggir sungai, Andi mengungkapkan, ada beberapa pabrik tahu dan tempe yang beroperasi di Desa Garung Lor.
Ia juga menduga, bau busuk di sungai tersebut disebabkan dari limbah pabrik tersebut.
Ia menyebut, beberapa pabrik itu ada yang sudah mengolah limbahnya menjadi bio gas. Namun, beberapa lainnya membuang limbahnya ke sungai.
’’Sangat menyengat sekali. Itu pabriknya berizin mungkin ya. Namun, limbahnya itu lho yang disayangkan,’’ terangnya.
Andi pun merasa terganggu dengan bau busuk dari sungai di samping rumahnya itu. Meki begitu, ia belum pernah melaporkan ke pihak yang berwenang.
Ia khawatir dan takut untuk melaporkan kejadian yang sudah berlangsung bertahun-tahun ini. Warga kurang berani karena merasa lemah di hadapan pemangku kepentingan.
’’Sebenarnya resah tidak nyaman dengan baunya. Tapi kami tidak berani lapor apalagi demo. Takut,’’ jelasnya.
Editor: Zulkifli Fahmi
