Mereka menggelar lapak di sekitar lokasi yang direncanakan untuk Dandangan. Salah satunya yakni Hartati (62).
Warga Mayong Lor, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara itu mengatakan, ia memang selalu menggelar lapak lebih awal sebelum Dandangan dimulai.
Meski sudah buka sebelum Dandangan dimulai, barang dagangannya pun sudah dilirik pembeli. Ada beberapa yang membeli, kendati jumlahnya belum signifikan.
Hanya beberapa orang yang mampir ke lapak bersama anaknya untuk membeli mainan kreweng. Ia menyatakan, hasil penjualan itu sudah cukup untuk hidup sehari-hari.
”Masih awal jadi agak landai tapi yang bisa mencukupi kebutuhan lah, makan, uang saku,” terangnya.
Murianews, Kudus – Meski tradisi Dandangan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah belum resmi dibuka, namun sejumlah penjual mainan kreweng (dari tanah liat) sudah menggelar lapaknya.
Mereka menggelar lapak di sekitar lokasi yang direncanakan untuk Dandangan. Salah satunya yakni Hartati (62).
Warga Mayong Lor, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara itu mengatakan, ia memang selalu menggelar lapak lebih awal sebelum Dandangan dimulai.
”Ini sudah buka sejak Sabtu (8/2/2025) lalu. Dandangan kan nanti baru berlangsung 19-28 Februari 2025,” ungkapnya kepada Murianews.com, Kamis (13/2/2025).
Meski sudah buka sebelum Dandangan dimulai, barang dagangannya pun sudah dilirik pembeli. Ada beberapa yang membeli, kendati jumlahnya belum signifikan.
Hanya beberapa orang yang mampir ke lapak bersama anaknya untuk membeli mainan kreweng. Ia menyatakan, hasil penjualan itu sudah cukup untuk hidup sehari-hari.
”Masih awal jadi agak landai tapi yang bisa mencukupi kebutuhan lah, makan, uang saku,” terangnya.
Hartati menjual mainan kreweng berupa kendi-kendi, cobek, dan sebagainya. Harganya per buahnya mulai dari Rp 3 ribu.
Sewa Lapak ke Desa...
Mainan kreweng itu ia ambil dari pengrajin di daerah asalnya. Hartati memang sudah sering berjualan di acara-acara seperti Dandangan Kudus hingga Sekaten di Surakarta.
”Sudah lama puluhan tahun, ini sama anak-anak saya juga jualan di sini,” ungkapnya.
Untuk Dandangan tahun ini, ia menggelar lapak di sebelah barat Jalan Pangeran Puger dekat Perempatan Kojan. Selama Dandangan, ia harus membayar sewa Rp 600 ribu untuk lapak 4x3 meter.
Biaya sewa itu diberikan pada pihak desa setempat. Selain itu, ia juga membayar biaya listrik yang disambungkan dari rumah warga sekitar.
”Listriknya bayar seiklhasnya sama warga sini,” tutupnya.
Sebagai informasi, Dandangan merupakan sebuah tradisi masyarakat Kudus sebelum Ramadan tiba. Masyarakat Kudus membuka lapak untuk berjualan pada sepuluh hari sebelum puasa, tradisi ini sudah berlangsung sejak lama.
Editor: Zulkifli Fahmi