”Kami sudah melakukan koordinasi dengan paguyuban perantau Kudus untuk pendataannya. Harapannya dengan adanya program ini, para perantau bisa pulang dengan aman dan nyaman untuk merayakan Lebaran bersama keluarga di kampung halaman,” tutupnya.
Murianews, Kudus – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus kembali mengadakan program mudik gratis bagi warganya yang berada di perantauan, khususnya di wilayah Jabodetabek.
Sebanyak lima armada bus telah disiapkan untuk mengangkut 250 pemudik, dengan prioritas bagi pekerja informal seperti buruh, tukang bangunan, dan ojek.
Kabid Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dinas Perhubungan (Dishub) Kudus Adji Setiawan menyatakan, program Mudik Gratis Kudus ini bertujuan untuk membantu perantau yang ingin pulang ke kampung halaman tanpa terbebani biaya transportasi yang melonjak menjelang Lebaran.
”Kami memahami bahwa harga tiket menjelang Lebaran sering kali melonjak tinggi, dan hal ini menjadi beban bagi pekerja informal. Oleh karena itu, Pemkab Kudus menyediakan mudik gratis untuk meringankan beban mereka,” ujarnya baru-baru ini.
Pemkab Kudus menyiapkan tiga bus berkapasitas 50 penumpang per bus dengan anggaran dari APBD Kudus. Sementara dua bus lainnya berasal dari Jasa Raharja dengan kapasitas yang sama.
Pihak pemkab juga telah berkoordinasi dengan paguyuban perantau asal Kudus untuk mendata calon pemudik yang berhak mendapatkan fasilitas ini.
Penjemputan akan dipusatkan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada 26 Maret 2025 pagi, dan para pemudik diperkirakan tiba di Kudus pada malam harinya. Pihaknya berharap program ini dapat memberikan manfaat bagi warga Kudus di perantauan.
Koordinasi dengan perantau...
”Kami sudah melakukan koordinasi dengan paguyuban perantau Kudus untuk pendataannya. Harapannya dengan adanya program ini, para perantau bisa pulang dengan aman dan nyaman untuk merayakan Lebaran bersama keluarga di kampung halaman,” tutupnya.
Program mudik gratis ini yang digelar rutin setiap tahun ini menjadi salah satu bentuk perhatian Pemkab Kudus terhadap warganya, khususnya mereka yang bekerja di perantauan.
Editor: Anggara Jiwandhana
