Rabu, 19 November 2025

Kolaborasi alam dan komunitas

Di Kerinci, para petani kopi juga beralih ke pupuk organik yang dibuat dari kompos kulit kopi dan kotoran ternak, serta menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Dengan cara ini, penggunaan pupuk dan pestisida kimia berkurang drastis.

Dampaknya nyata, kualitas biji kopi meningkat, biaya produksi turun, dan lingkungan sekitar lebih terlindungi. Bahkan konflik manusia dengan satwa liar, seperti gangguan babi hutan atau beruang, dilaporkan menurun karena lahan pertanian terintegrasi dengan zona penyangga taman nasional.

Inisiatif kopi lestari ini menegaskan bahwa praktik ramah lingkungan dapat berjalan seiring dengan peningkatan kualitas produk.

Kunci keberhasilan inisiatif kopi ini terletak pada pengetahuan dan organisasi petani. Koperasi-koperasi lokal seperti ALKO (Asosiasi Lestari Kerinci Organik) rutin mengadakan pelatihan budidaya ramah lingkungan, manajemen pascapanen, hingga tata cara traceability produk.

Petani diajak mencatat aktivitas kebunnya secara transparan, mempersiapkan diri menghadapi sertifikasi organik atau fair trade.

Lebih dari itu, ada pula pemberdayaan pemuda dan perempuan: generasi muda dilatih menjadi cupping tester bersertifikat atau wirausaha kopi, sementara para ibu berperan penting dalam pengolahan dan pemasaran.

Dengan cara ini, regenerasi petani terjaga, komunitas makin tangguh, dan masyarakat bangga menjadi penjaga hutan sekaligus penghasil kopi bernilai ekspor.

Sementara itu, di Jawa Barat dan Sumatera Utara, perkebunan teh yang sarat sejarah mulai mengadopsi inovasi hijau untuk menjawab tantangan abad ke-21. PTPN VIII misalnya, telah mengonversi sebagian kebun menjadi kebun teh organik bersertifikat pada tahun 2022.

Bahan Alami...

Komentar

Terpopuler