Rabu, 19 November 2025

Murianews, Grobogan – Wakil Bupati (Wabup) Grobogan Bambang Pujiyanto menyatakan stunting atau kurang gizi kronis tidak hanya diderita oleh anak dari orangtua kurang mampu. Namun stunting juga bisa diderita anak orang kaya.

Hal itu diungkapkan Wabup Grobogan, Bambang Pujiyanto dalam podcast atau siniar yang digelar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Grobogan baru-baru ini. Siniar itu diunggah di akun Facebook Fanpage Supaya Grobogan Maju.

Dalam kesempatan itu, Wabup menyebut anak-anak dari kalangan orang mampu juga berpotensi stunting. Itu bisa terjadi, jika saat kehamilan sang ibu tidak suka dengan makanan yang bergizi.

”Tidak semua stunting diderita oleh orang tidak mampu. Ternyata ada orang-orang yang mampu, anaknya stunting. Karena mungkin dia salah memberikan asupan gizi. Ketika hamil, mungkin ibunya, meskipun berkecukupan, mungkin tidak suka dengan makanan bergizi. Sehingga asupan makanan bergizi yang dibutuhkan bayi, mungkin kurang,” ucap Bambang Pujiyanto.

Karenanya, lanjut dia, masyarakat harus diedukasi agar lebih sering datang ke fasilitas kesehatan untuk konsultasi kesehatan. Utamanya, para wanita calon pengantin atau ibu-ibu yang tengah mengandung.

”Jangan sampai salah makan. Makannya enak-enak tapi tidak bergizi. Yang dikonsumsi mungkin makanan yang tidak dibutuhkan bayi,” tambahnya.

Wabup Grobogan mengatakan, bayi membutuhkan protein untuk tumbuh dengan baik. Bayi dari dalam kandungan, kemudian lahir hingga 1000 hari pertama harus mendapatkan asupan gizi yang cukup.

Lebih lanjut, Wabup menerangkan, Pemkab Grobogan sendiri sudah melakukan banyak hal untuk menekan stunting. Meski begitu, agar intervensi terhadap stunting lebih optimal, seluruh pihak perlu dilibatkan. Sebab, menurutnya mengandalkan APBD saja tidak cukup.

”Perlu kerja sama semua. Setelah APBD, APBN, perusahaan BUMN dan BUMD, masyarakat juga harus terlibat untuk menangani persoalan ini,” ucapnya.

Bambang Pujiyanto juga menyebut dalam pendataan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) angka stunting di Grobogan sebesar 19,3 persen. Angka tersebut berbeda dengan angka yang didapatkan oleh Pemkab Grobogan melalui penimbangan serentak, yakni hanya 8 persen dari total 100 ribuan anak.

”Angka yang 19,3 persen, kalau dihitung by name by address, kurang lebih 19.300. Karena bayi di Grobogan ada 100 ribu lebih sedikit. Itu mestinya 19.300 bayi stunting. Padahal hasil penimbangan serentak, hanya sekitar 8 ribu anak. Kita punya by name by address-nya. Akhirnya itu (8 ribuan) yang kita intervensi,” katanya.

Editor: Budi Santoso

Komentar

Terpopuler