Kasus DBD di Grobogan Disebut Mirip dengan Jepara
Saiful Anwar
Kamis, 4 April 2024 14:18:00
Murianews, Grobogan – Kasus DBD atau Demam Berdarah Dengue yang terjadi di Kabupaten Grobogan diduga memiliki kemiripan dengan yang terjadi di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Dugaan itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Grobogan Slamet Widodo. Ia menduga, kemiripan itu terlihat dari varian yang menyebabkan kasus DBD di Kabupaten Grobogan.
Meski begitu, pihaknya belum mengetahui secara pasti. Sebab, belum ada sampel di Grobogan yang diteliti.
”Sepertinya hampir sama. Yang sudah diteliti itu kan Jepara. Kalau saya baca, yang sudah diteliti itu (hasilnya) varian 3. Memang, kalau varian 3 lebih ganas dibanding varian-varian lain. Kalau jenis nyamuknya, virusnya, penyebabnya itu hampir sama semuanya,” kata Slamet, Kamis (4/4/2024).
Lantas, kenapa Grobogan tidak dilakukan penelitian serupa? Menurut Slamet, meneliti membutuhkan waktu dan biaya yang tidak ringan. Selain itu, tidak semua daerah harus diteliti.
”Hampir sama, karena di Jepara kan juga meledak. Mungkin ini hampir merata di semua provinsi. Sepertinya fenomenanya hampir sama di Grobogan. Ada kemungkinan sama,” imbuhnya.
Terkait upaya penanganan di tengah ledakan kasus, Slamet menyebut pihaknya sudah melakukan banyak hal. Menurutnya, penanganan DBD harus dilakukan secara komprehensif.
”Upayanya sebetulnya kembali lagi, semua masalah, kalau bicara penyakit kan harus diselesaikan dengan komprehensif. Mulai promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif,” paparnya.
Slamet mengatakan, untuk promototif dilakukan lewat puskesmas, klinik, dan fasilitas kesehatan lain. Kemudian, tenaga kesehatan juga sudah aktif melakukan edukasi ke masyarakat terkat dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
”Preventifnya dengan kita memberikan abate (obat pembunuh jentik nyamuk), supaya nyamuk diputus mata rantainya. Kan rantai nyamuk itu, nyamuk bertelur menjadi uget-uget atau larva, kemudian uget-uget menjadi nyamuk. Itu kita edukasi kepada masyarakat terus,” jelasnya.
Lebih lanjut, Slamet memaparkan mengenai pemberantasan nyamuk dengan fogging. Menurutnya, fogging efektif bila memang di suatu lokasi ditemukan penularan.
”Sebelum fogging, syaratnya kan harus PSN. Kalau belum ada PSN, di-fogging seperti apa pun tetap ada nyamuk terus karena telurnya masih ada,” paparnya.
Diberitakan sebelumnya, Kasus DBD di Grobogan, Jawa Tengah makin mengkhawatirkan menyusul meninggalnya sembilan anak-anak akibat terjangkit DBD.
Data itu merupakan akumulasi sejak Januari hingga akhir Maret 2024. Sembilan anak yang meninggal itu tersebar di beberapa kecamatan di Grobogan.
Editor: Zulkifli Fahmi
Murianews, Grobogan – Kasus DBD atau Demam Berdarah Dengue yang terjadi di Kabupaten Grobogan diduga memiliki kemiripan dengan yang terjadi di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Dugaan itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Grobogan Slamet Widodo. Ia menduga, kemiripan itu terlihat dari varian yang menyebabkan kasus DBD di Kabupaten Grobogan.
Meski begitu, pihaknya belum mengetahui secara pasti. Sebab, belum ada sampel di Grobogan yang diteliti.
”Sepertinya hampir sama. Yang sudah diteliti itu kan Jepara. Kalau saya baca, yang sudah diteliti itu (hasilnya) varian 3. Memang, kalau varian 3 lebih ganas dibanding varian-varian lain. Kalau jenis nyamuknya, virusnya, penyebabnya itu hampir sama semuanya,” kata Slamet, Kamis (4/4/2024).
Lantas, kenapa Grobogan tidak dilakukan penelitian serupa? Menurut Slamet, meneliti membutuhkan waktu dan biaya yang tidak ringan. Selain itu, tidak semua daerah harus diteliti.
”Hampir sama, karena di Jepara kan juga meledak. Mungkin ini hampir merata di semua provinsi. Sepertinya fenomenanya hampir sama di Grobogan. Ada kemungkinan sama,” imbuhnya.
Terkait upaya penanganan di tengah ledakan kasus, Slamet menyebut pihaknya sudah melakukan banyak hal. Menurutnya, penanganan DBD harus dilakukan secara komprehensif.
”Upayanya sebetulnya kembali lagi, semua masalah, kalau bicara penyakit kan harus diselesaikan dengan komprehensif. Mulai promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif,” paparnya.
Slamet mengatakan, untuk promototif dilakukan lewat puskesmas, klinik, dan fasilitas kesehatan lain. Kemudian, tenaga kesehatan juga sudah aktif melakukan edukasi ke masyarakat terkat dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
”Preventifnya dengan kita memberikan abate (obat pembunuh jentik nyamuk), supaya nyamuk diputus mata rantainya. Kan rantai nyamuk itu, nyamuk bertelur menjadi uget-uget atau larva, kemudian uget-uget menjadi nyamuk. Itu kita edukasi kepada masyarakat terus,” jelasnya.
Lebih lanjut, Slamet memaparkan mengenai pemberantasan nyamuk dengan fogging. Menurutnya, fogging efektif bila memang di suatu lokasi ditemukan penularan.
”Sebelum fogging, syaratnya kan harus PSN. Kalau belum ada PSN, di-fogging seperti apa pun tetap ada nyamuk terus karena telurnya masih ada,” paparnya.
Diberitakan sebelumnya, Kasus DBD di Grobogan, Jawa Tengah makin mengkhawatirkan menyusul meninggalnya sembilan anak-anak akibat terjangkit DBD.
Data itu merupakan akumulasi sejak Januari hingga akhir Maret 2024. Sembilan anak yang meninggal itu tersebar di beberapa kecamatan di Grobogan.
Editor: Zulkifli Fahmi