Potret Keceriaan Anak-Anak yang Tinggal di Tengah Hutan Grobogan
Saiful Anwar
Selasa, 7 Mei 2024 20:48:00
Murianews, Grobogan – Tinggal di tengah hutan kramat antara Kedungjati dan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, bukanlah suatu halangan bagi anak-anak untuk tetap hidup ceria.
Meski dengan segala keterbatasan, raut wajah mereka tetap memancar kebagahiaan. Terlebih ketika radio sudah ditentang. Alunan lagu dimainkan, volume sedikit lebih keras. Tubuh mereka sudah bisa melenggak-lenggok berjoget.
Benar, anak-anak di Tengah hutan Grobogan itu memang lebih akrab mendengarkan radio dibanding menonton televisi. Terlebih sejak siaran analog dimatikan dan beralih ke digital secara total.
Selasa (7/5/2024) siang saat Murianews.com menyambangi salah satu warga di sana, Hilal dan Nizam, bocah lima tahunan dan tujuh tahunan itu asyik mengejar anak ayam di rumah pamannya, Darto. Raut wajah mereka tampak ceria saat terus gagal menangkap piyik berbulu kuning itu.
Beberapa saat kemudian, perhatian mereka beralih ke sebuah radio lawas milik pamannya itu. Mereka pun memutar-mutar tuning radio jadul itu dengan antusias.
Kedua bocah itu merupakan keponakan pasangan Darto dan Darti, pasutri yang tinggal di tengah hutan kramat Grobogan sejak lahir. Menurut Darto, hampir tidak ada warga yang memiliki televisi. Apalagi semenjak pemerintah mematikan siaran analog.
”Nggak ada yang punya tivi, sejak digital. Dulu punya, tapi sudah rusak. Kalau pun ada hanya sedikit. Anak-anak ya mainan radio, pakai batre,” katanya.
Di pemukiman tengah hutan itu tentu saja tidak ada fasilitas pendidikan. Anak-anak yang tinggal di sana pun bersekolah di pemukiman yang ramai, jaraknya sekitar 3 hingga 5 kilometer dari situ.
Mereka pun terbiasa melintasi hutan. Tentu, saat masih anak-anak, mereka diantar orangtua masing-masing, baik saat berangkat maupun pulang.
Saat musim kemarau, mereka bisa melewati jalan tanah di tengah hutan yang lebih pendek. Namun saat musim hujan, mereka harus melewati pinggiran rel dan menyeberang rel di titik tertentu.
”Kalau pas kemarau begini bisa lewat tengah hutan, nanti tembusnya Mliwang (Desa Kaliwaro, Kedungjati). Kalau hujan ya lewat pinggir rel,” ujar Darto.
Sebagaimana diberitakan, puluhan warga Grobogan nekat tinggal di tengah hutan kramat antara Kedungjati dan Tanggungharjo di pinggiran rel kereta api. Karena tinggal di lahan KAI, mereka pun tak mendapatkan akses listrik dari PLN. Sehari-hari, mereka mengandalkan solar cell alias tenaga surya.
Editor: Cholis Anwar



