Saat dikonfirmasi, Direktur RSUD Purwodadi Edi Mulyanto justru meminta awak media melihat langsung kondisi di rumah sakit. Nantinya, kata dia, akan dijelaskan kondisinya secara langsung.
’’Monggo datang saja ke RSUD. Jenengan bisa tanya banyak. Nanti ada yang menjelaskan terkait kondisi kapasitas rawat inap RSUD,’’ katanya.
Adapun Humas RS Yakkum Purwodadi Yoyok mengakui jika rumah sakit tempatnya bekerja memang penuh. Sebab, banyak pasien demam berdarah (DB).
Murianews, Grobogan – Muhadi, warga Desa Krangganharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah mengaku kecewa dengan pelayanan RSUD dr R Soedjati Purwodadi atau RSUD Purwodadi.
Sebab, anaknya yang direkomendasikan untuk rawat inap dokter keluarga dalam BPJS Kesehatan justru ditolak RSUD Purwodadi. Alasannya, kondisinya dianggap belum memenuhi syarat.
’’Trombosit harus 110, padahal anak saya 113. Kemudian, panas harus 40 derajat, anak saya dicek 39,8 derajat, sudah hampir 40 derajat. Sudah ngedrop,’’ katanya, Sabtu (7/12/2024).
Akhirnya, dengan kecewa, ia pun terpaksa membawa anaknya itu ke rumah sakit lain.
Menurut dia, jika memang penuh, pihak RS sebenarnya bisa langsung saja mengatakan sejujurnya dan secara baik-baik. Dia kecewa karena justru alasannya karena kondisinya belum memenuhi syarat.
’’Saya sangat kecewa dengan pelayanan RSUD. Harus dijelaskan kriteria, tetapi kondisi anak saya sudah drop. Apakah memang harus nunggu anak saya kritis?’’ imbuhnya.
Muhadi menjelaskan, anaknya mulai panas sejak Selasa (3/12/2024) lalu. Kemudian, berdasarkan keterangan dokter keluarga dari BPJS, anak harus dipantau selama tiga hari dengan diberikan obat rawat jalan.
’’Karena tidak kunjung sembuh, disarankan untuk cek lab di (Klinik) Simpanglima Husada Purwodadi. Hasilnya saya bawa ke dokter BPJS keluarga lagi. Kesimpulannya, harus rawat inap ke rumah sakit terdekat,’’ bebernya.
Mulanya...
Mulanya, Muhadi menuju ke RS Yakkum Purwodadi. Setelah dilakukan observasi dokter jaga, dia diminta menunggu. Namun, tidak ada kepastian apakah anaknya bisa mendapatkan ruangan atau tidak.
’’Antrian cukup lama di IGD. Pasien tidak mendapat ruang kamar dan tidak diarahkan untuk merujuk ke rumah sakit lain. Kami tak mendapatkan layanan yang memuaskan,’’ katanya.
Kemudian, dia pun menuju ke RSUD Purwodadi. Di rumah sakit Pemerintah Daerah Grobogan itu, dia melihat banyak anak-anak dirawat di IGD.
Dokter jaga kemudian membaca hasil labnya. Namun, justru anaknya disarankan rawan jalan karena tidak layak opname.
’’Kami disarankan pulang karena tidak layak diopname. Prioritas pasien yang kritis dulu, baru bisa diopname,’’ ucap dia.
Muhadi menyebut, dokter jaga pada saat itu menjelaskan kondisi yang dipaparkannya merupakan persyaratan dari pihak BPJS. Namun demikian, untuk pasien dengan pembayaran mandiri dapat ditangani langsung.
’’Beliau menyampaikan itu pesan dari BPJS, dengan kriteria syarat layanan berlaku untuk pasien khususnya BPJS. Kecuali, layanan mandiri baru bisa dilayani langsung,’’ tandasnya.
Pasien DB Meningkat...
Saat dikonfirmasi, Direktur RSUD Purwodadi Edi Mulyanto justru meminta awak media melihat langsung kondisi di rumah sakit. Nantinya, kata dia, akan dijelaskan kondisinya secara langsung.
’’Monggo datang saja ke RSUD. Jenengan bisa tanya banyak. Nanti ada yang menjelaskan terkait kondisi kapasitas rawat inap RSUD,’’ katanya.
Adapun Humas RS Yakkum Purwodadi Yoyok mengakui jika rumah sakit tempatnya bekerja memang penuh. Sebab, banyak pasien demam berdarah (DB).
’’Iya (penuh, red). DB sepertinya sedang naik lagi,’’ jelasnya.
Editor: Zulkifli Fahmi