Selain itu, kelangkaan gas melon juga diperparah dengan aturan baru pemerintah yang melarang penjualan gas melon di pengecer. Meski, belakangan aturan itu dicabut kembali.
Padahal, penyesuaian aturan baru itu, di tingkat bawah perlu waktu. Ketika pemerintah mengumumkan pelarangan pedagang eceran menjual gas melon, masyarakat disebutnya langsung panik.
Mereka kemudian menyerbu pangkalan untuk membeli gas melon. Hal itu lah yang membuat gas melon makin langka.
”Kebetulan ada perubahan aturan juga. Akhirnya di pangkalan banyak yang datang sampai luar kecamatan. Tidak dikasih juga kasihan, karena mereka kan warung-warung kecil, UMKM. Sampai saya dimarahi tetangga karena ada yang tidak kebagian,” imbuhnya.
Murianews, Grobogan – Seorang pemilik pangkalan di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Tono, mengungkap alasan gas elpiji 3 kilogram atau gas melon langka dalam beberapa waktu belakangan.
Menurutnya, kelangkaan gas melon yang sudah menjadi kebutuhan masyarakat itu terjadi akibat keterlambatan pasokan imbas cuaca buruk. Dari sebelumnya rutin mendapatkan jatah 120 sepekan dua kali, kini terjadi keterlambatan hingga beberapa hari.
”Ini seminggu baru sekali, langsung habis diserbu warga. Harusnya Jumat kemarin dapat lagi, tapi sampai sekarang tidak datang-datang. Saya dikabari sopir, dikasih videonya, cuaca sedang ekstrem sehingga ada keterlambatan,” katanya, Sabtu (8/2/2025).
Selain itu, kelangkaan gas melon juga diperparah dengan aturan baru pemerintah yang melarang penjualan gas melon di pengecer. Meski, belakangan aturan itu dicabut kembali.
Padahal, penyesuaian aturan baru itu, di tingkat bawah perlu waktu. Ketika pemerintah mengumumkan pelarangan pedagang eceran menjual gas melon, masyarakat disebutnya langsung panik.
Mereka kemudian menyerbu pangkalan untuk membeli gas melon. Hal itu lah yang membuat gas melon makin langka.
”Kebetulan ada perubahan aturan juga. Akhirnya di pangkalan banyak yang datang sampai luar kecamatan. Tidak dikasih juga kasihan, karena mereka kan warung-warung kecil, UMKM. Sampai saya dimarahi tetangga karena ada yang tidak kebagian,” imbuhnya.
Kebijakan baru...
Menurutnya, masyarakat seharusnya diberikan pengertian dulu bahwa ada kebijakan baru. Sehingga, masyarakat tidak panik yang kemudian melakukan pembelian massal.
”Warga diberi pengertian dulu. Jadi, tidak langsung, tiba-tiba ada perubahan aturan,” bebernya.
Dia mengaku dalam pelayanan pembelian gas elpiji atau gas melon, ingin memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Apalagi, banyak warga miskin di lingkungannya juga yang turut terdampak kebijakan apa pun terkait elpiji 3 kg ini.
”Ada mbah-mbah yang kemarin ikut ngantri, usianya sekitar 80-an. Saya marahi cucunya, kok tidak diantar. Padahal kalau terjadi apa-apa kan saya yang kena. Makanya, saya ingin memberi yang terbaik bagi masyarakt,” ujar dia.
Tono mengaku menjual dengan harga Rp 20 ribu per tabung untuk jenis gas melon. Harga itu dinilainya wajar mengingat ada usaha lebih dalam operasional, apalagi mengingat cuaca buruk.
Di waktu normal, dirinya mengaku menjual di bawah harga itu. Karena itu dirinya mengaku kaget saat ada tetangganya bercerita mendapatkan gas melon dengan harga Rp 35 ribu. Menurutnya, harga itu sangat tidak wajar kendati tengah mengalami kelangkaan seperti sekarang.
Editor: Budi Santoso