Rabu, 19 November 2025

Murianews, Grobogan – Pemberitaan kasus korupsi Pertamina yang menyebut Pertamax hasil oplosan Pertalite membuat warga Grobogan, Jawa Tengah pengguna BBM non-subsidi itu kecewa.

Bahkan, mereka mengaku kapok dan tak lagi membeli Pertamax. Mereka pun mulai menggunakan Pertalite seterusnya.

Kekecewaan itu salah satunya diluapkan Muya, warga Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan. Ia merasa selama ini tertipu.

”Walaupun motor saya Supra X, tapi karena saya merasa tidak sangat miskin selama ini selalu beli Pertamax. Tapi setelah tahu ternyata Pertamax dioplos dengan Pertalite, saya putuskan tidak akan pakai Pertamax lagi. Saya kecewa dan merasa tertipu,” kata dia, Jumat (28/2/2025).

Menurut dia, kasus korupsi di Indonesia barangkali masih lebih banyak yang belum terungkap namun nyata-nyata merugikan masyarakat.

Karenanya, dia pun berharap para penegak hukum benar-benar bekerja untuk mengungkap kejahatan-kejahatan yang nyata-nyata merugikan masyarakat.

”Saya rasa ini nanti ada kasus-kasus lain yang juga merugikan masyarakat banyak. Mungkin persoalan gas elpiji juga nanti-nanti bisa jadi ada korupsinya. Harapannya penegak hukum benar-benar menegakkan hukum, agar masyarakat tidak ditipu terus,” imbuhnya.

Hal senada juga diungkapkan Rama, warga Kecamatan Toroh. Selama beberapa bulan belakangan ini usai membeli motor baru, dia selalu memakai Pertamax walau sedikit lebih mahal.

Dibohongi... %NEW_PAGE

Sebab, dari informasi yang umum diketahui, Pertamax memiliki kualitas yang lebih baik dari Pertalite. Namun, setelah berita viral yang menyebut Pertamax hasil oplosan Pertalite, dia merasa telah dibohongi Pertamina.

”Saya sudah tidak mau lagi beli Pertamax, kecuali sangat terpaksa. Selama ini beli Pertamax kan katanya juga membantu negara, karena tidak pakai subsidi. Ternyata malah dioplos,” ujar dia.

Seperti diketahui, kasus korupsi Pertamina baru-baru ini diungkap Kejaksaan Agung. Tindakan amoral itu mengakibatkan kerugian negara hingga ratusan triliun.

Awalnya, kerugian dari kasus yang terjadi sejak 2018-2023 itu dipaparkan sebesar Rp 193,7 triliun.

Namun, belakangan terungkap angka tersebut hanya untuk tahun 2023 saja. Jika dikalkulasi secara kasar sejak 2018, angkanya mencapai lebih dari Rp 950 triliun.

Editor: Zulkifli Fahmi

Komentar

Terpopuler