Lokasi banjir itu beredar di sejumlah akun media sosial. Berdasarkan hasil rangkuman, wilayah yang dilanda banjir yakni Desa Padas, Kecamatan Kedungjati; Desa Sugihmanik, Kecamatan Tanggungharjo.
Kemudian, Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan dan Desa Rambat, Kecamatan Geyer. Banjir terjadi menyusul hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut.
”Kiriman air dari hulu tiga sungai besar, membuat debit air meluap. Sungai tak mampu menampung sehingga air melimpas ke permukiman warga,” ujar dia.
Murianews, Grobogan – Sejumlah desa di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah banjir sejak Jumat (16/5/2025) hingga Sabtu (17/5/2025) pagi.
Lokasi banjir itu beredar di sejumlah akun media sosial. Berdasarkan hasil rangkuman, wilayah yang dilanda banjir yakni Desa Padas, Kecamatan Kedungjati; Desa Sugihmanik, Kecamatan Tanggungharjo.
Kemudian, Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan dan Desa Rambat, Kecamatan Geyer. Banjir terjadi menyusul hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut.
Kepala Pelaksana BPBD Grobogan Wahyu Tri Darmanwanto mengatakan, wilayah tersebut banjir akibat luapan sungai. Ada tiga Sungai yang meluap yakni Singai Renggong, Sungai Kliteh, dan Sungai Tuntang.
”Kiriman air dari hulu tiga sungai besar, membuat debit air meluap. Sungai tak mampu menampung sehingga air melimpas ke permukiman warga,” ujar dia.
Berdasarkan data BPBD, luapan tersebut mengakibatkan banjir di Desa Tanggirejo, Kecamatan Tegowani dengan ketinggian 30-50 cm. Kemudian, di Desa Sugihmani, Kecamatan Tanggungharo dengan ketinggian sekitar 20-40 cm.
Selanjutnya...
Selanjutnya, banjir juga melanda Desa Penadaran, Kecamatan Gubug dengan genangan kemcapai 50-70 cm.
”Banjir di beberapa titik itu berangsur surut sejak semalam. Kami terus melakukan pemantauan di lapangan,” lanjut dia.
Dijelaskannya, elevasi air di Bendung Glapan, Kecamatan Gubug yang sempat mencapai puncaknya pada pukul 04.30 WIB di angka 1980 cm telah menurun signifikan menjadi 1965 cm pada pukul 06.00 WIB.
Sementara itu, di Desa Baturagung, Kecamatan Gubug, sejumlah warga berjibaku meninggikan tanggul Sungai Tuntang dengan alat seadanya. Mereka mencegah air yang terus meninggi agar tidak limpas hingga membuat warga kebanjiran.
Editor: Zulkifli Fahmi