Ada Kejadian Kekerasan Santri, Kemenag Kudus Akui Kecolongan
Vega Ma'arijil Ula
Selasa, 11 Juni 2024 10:15:00
Murianews, Kudus – Kepala Kemenag Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Suhadi mengakui kecolongan dengan kasus kekerasan santri di pondok pesantren. Terlebih saat ini Kemenag Kudus sedang gencar mempromosikan program madrasah aman dan sehat.
Sebagai penjelasan, program madrasah aman dan sehat merupakan program untuk memastikan madrasah dan pondok pesantren di Kabupaten Kudus bebas dari aksi kekerasan fisik.
”Di tengah kami promosi madrasah dan ponpes aman dari kekerasan fisik. Ternyata malah ada kejadian semacam ini,” katanya, Selasa (11/6/2024).
Dia menambahkan, kejadian kekerasan di pondok pesantren menjadi pukulan baginya. Pihaknya mendukung adanya proses hukum.
”Kami serahkan ke Polres Kudus dan JPPA (Jaringan Perlindungan Perempuan dan Anak, red). Kalau kami mau fokus ke korbannya saja. Urusan hukum biar diurus kepolisian dan JPPA,” sambungnya.
Suhadi menyampaikan, berbagai tindakan kekerasan, apapun bentuknya tidak dapat dibenarkan. Terlebih apabila terjadi di lingkungan sekolah atau pondok pesantren.
”Ke depannya kami akan melakukan pengawasan pondok pesantren di Kabupaten Kudus. Beberapa hari lalu juga sudah kami panggil pengasuh-pengasuh pondok,” terangnya.
Dirinya berharap kejadian semacam ini tidak terjadi lagi sehingga santri tetap aman mengikuti kegiatan di pondok pesantren.
”Pondok pesantren harus aman dari kekerasan fisik dan kejahatan seksual,” imbuhnya.
Diketahui, seorang santri di salah satu Pondok Pesantren di Kudus mengalami kekerasan. Diduga, kekerasan itu dilakukan pengurus pondok.
Akibat kejadian itu, kedua tangan santri korban kekerasan melepuh usai diminta mencelupkannya ke air yang mendidih. Diduga tindakan itu dilakukan lantaran korban ketahuan merokok.
Korban diketahui berusia berusia 16 tahun berjenis kelaminnya laki-laki. Ia merupakan warga Kabupaten Pati namun berdomisili di Kabupaten Kudus.
Editor: Zulkifli Fahmi



