Jumat, 21 November 2025

Murianews, Kudus – Meski sudah berusia uzur, Waduk Wilalung memiliki peran vital dalam sistem pengendalian banjir di Jawa Tengah. Dilansir dari beberapa literatur, berikut peran Waduk Wilalung yang berada di Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Waduk Wilalung dalam istilah teknis pengairan adalah sebuah bangunan pintu air. Secara teknis, pintu air Wilalung merupakan bangunan pembagi air berupa bendung gerak.

Fasilitas ini dibangun sejak jaman Belanda, dan didirikan pada percabangan Sungai Serang di Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Propinsi Jawa Tengah. Bangunan tersebut membagi aliran Sungai Serang menjadi Sungai Juwana dan Sungai Wulan.

Pintu air Wilalung, Waduk Wilalung atau Bendung Wilalung menurut literatur dibangun pada tahun 1908 - 1916 oleh pemerintah Hindia Belanda. Tujuannya adalah melindungi wilayah Demak, Grobogan dan sekitarnya, termasuk daerah irigasinya dari bencana banjir.

Dengan demikian, masalah banjir sebenarnya sudah menjadi masalah besar sejak Hindia Belanda berkuasa. Masalah banjir di seputaran Jawa Tengah ini timbul karena keberadaan dua sungai besar, Sungai Lusi dan Sungai Serang.

Sebagai bagian dari upaya mengatasi masalah banjir, sebelumnya pada tahun 1892, pemerintah Hindia Belanda juga membangun sebuah saluran yang sekarang disebut Sungai Wulan. Sungai Wulan ini memperpendek jarak aliran Sungai Serang ke Laut Jawa yang menjadi muaranya.

Upaya ini hanya dapat mengatasi masalah dalam jangka pendek, karena tingginya proses sedimentasi di sepanjang sungai. Sehingga lambat kapasitas sungai Wulan mengalami penurunan.

Karena inilah, pemerintah Hindia Belanda akhirnya memutuskan untuk membangun Pintu air Wilalung. Fasilitas Hidrologi ini difungsikan untuk mengatur dan mengalihkan aliran air di Sungai Serang ke Sungai Wulan dan Sungai Juwana sesuai dengan kapasitasnya.

Pintu Banjir Wilalung selesai dibangun pada tahun 1916 dan mulai dioperasikan pada tahun 1918. Bangunan ini memiliki 11 pintu air dengan arah aliran yang berbeda.

Dua pintu di bangunan ini digunakan untuk mengalirkan air Sunga Serang menuju Sungai Wulan. Sedangkan sembilan pintu lainnya, digunakan untuk mengatur air dari Sungai Serang menuju ke Sungai Juwana.

Dari data teknis yang banyak disebut, pintu air Wilalung memiliki kemampuan menampung debit aliran sebesar 1.350 m3/det. Rinciannya, dilewatkan pada dua pintu yang mengarah ke Sungai Wulan sebesar 350 m3/det . Kemudian yang dilewatkan ke sembilan pintu arah Sungai Juwana sebesar 1.000 m3/det.

Pada saat ini, Waduk Wilalung yang sudah berusia seratus tahun lebih, secara teknis masih berfungsi. Namun demikian, dari informasi yang beredar, dari 9 pintu yan mengarah ke Sungai Juwana, saat ini hanya 4 buah pintu yang dapat dioperasionalkan dengan baik.

Sementara 5 pintu air lainnya disebutkan mengalami kerusakan. Informasi ini masih perlu mendapatkan konfirmasi dari pihak berwenang.

Rusaknya pintu air di Waduk Wilalung, jika ini memang terjadi dan belum diperbaiki, tentunya akan menjadi masalah bagi penanganan banjir di wilayah tengah Jawa Tengah ini. Ketika debit air di Sungai Serang meningkat, dan tidak bisa diatur dengan baik, maka potensi banjir akan terjadi.

Sedimentasi juga disebut menjadi persoalan serius bagi keberadaan Waduk Wilalung. Potensi sedimentasi yang tinggi akan memberi pengaruh pada kapasitas bendungan ini.

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler