”Korban baru berani melaporkan kepada JPPA pada tanggal 2 Mei 2024 lalu,” ungkapnya kepada Murianews.com, Kamis (10/10/2024).
Ia menyebut, pada awalnya anak itu dipaksa untuk melayani oknum kades tersebut. Lalu, selama bertahun-tahun itu, sang anak mendapat ancaman agar tetap mau berhubungan layaknya suami istri.
”Istri yang pertama sudah pisah. Istri kedua adalah ibu kandung dari korban, sudah meninggal. Selama kejadian, pelaku tinggal bersama korban dan istri ketiganya serumah,” jelasnya.
Noor Haniah mengatakan, korban melaporkan ke JPPA dan langsung mendapat pendampingan. Setelah mendapat laporan itu, JPPA meneruskan ke Unit PPA Polres Kudus.
Ia mengatakan, selain melakukan pendampingan, JPPA juga mengumpulkan bukti-bukti. Pihaknya telah mengantongi bukti visum atas perbuatan ini.
”Kami sudah lapor tapi masih lambat penanganannya. Buktinya juga sudah kami miliki. Saya di sini juga sebagai saksi atas kasus ini,” terangnya.
Murianews, Kudus – Seorang oknum kepala desa atau Kades di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah diduga melakukan pencabulan kepada anak kandungnya sendiri. Aksi keji itu itu dilakukan sejak anak masih berusia delapan tahun.
Ketua Jaringan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (JPPA) Kabupaten Kudus, Noor Haniah mengatakan, aksi pencabulan itu sudah berlangsung lama. Saat ini, sang anak sudah menginjak usia 19 tahun.
”Korban baru berani melaporkan kepada JPPA pada tanggal 2 Mei 2024 lalu,” ungkapnya kepada Murianews.com, Kamis (10/10/2024).
Ia menyebut, pada awalnya anak itu dipaksa untuk melayani oknum kades tersebut. Lalu, selama bertahun-tahun itu, sang anak mendapat ancaman agar tetap mau berhubungan layaknya suami istri.
Ia mengutarakan, kades ini sebenarnya memiliki istri sah. Bahkan, istri kades ini berjumlah tiga.
”Istri yang pertama sudah pisah. Istri kedua adalah ibu kandung dari korban, sudah meninggal. Selama kejadian, pelaku tinggal bersama korban dan istri ketiganya serumah,” jelasnya.
Noor Haniah mengatakan, korban melaporkan ke JPPA dan langsung mendapat pendampingan. Setelah mendapat laporan itu, JPPA meneruskan ke Unit PPA Polres Kudus.
Ia mengatakan, selain melakukan pendampingan, JPPA juga mengumpulkan bukti-bukti. Pihaknya telah mengantongi bukti visum atas perbuatan ini.
”Kami sudah lapor tapi masih lambat penanganannya. Buktinya juga sudah kami miliki. Saya di sini juga sebagai saksi atas kasus ini,” terangnya.
Saat ini, korban disembunyikan di rumah aman yang juga merupakan milik JPPA Kudus. Hal itu dilakukan untuk menghindari kejadian lain yang tidak diinginkan.
Ia mengungkapkan, korban mengalami trauma berat yang harus dipulihkan. Pihaknya telah melakukan tindakan asesmen trauma dan membantu untuk bangkit.
”Korban trauma berat, maka dari itu kami berusaha untuk mendampingi agar lekas membaik dan kasus ini menemui titik terang,” ungkapnya.
Haniah menyatakan, saat ini kasus berjalan pada tahap penyidikan. Pelaku belum mengakui perbuatannya dengan segala alibinya.
Ia berharap, kasus ini bisa diperhatikan dan diselesaikan secepatnya. Hal ini menyangkut anak kandung yang seharusnya dilindungi oleh ayahnya.
”Terlebih lagi pelaku seorang pemimpin, seorang kades yang seharusnya memberikan teladan tapi malah seperti ini. Hal ini harus ditindak tegas, pemkab harus turun tangan,” harapnya
Editor: Cholis Anwar