Jumat, 21 November 2025

Perempuan dan perdamaian

Dalam perjalanan 10 tahun terakhir, Retno melihat kondisi perempuan di berbagai belahan dunia ternyata tak semua serupa. Ada sisi yang memberikan perkembangan menggembirakan, namun ada pula sisi suram bagi perempuan.

Retno mengunjungi kamp pengungsi Rohingya di Cox Bazar, Bangladesh, pada 2016. Dia juga bertemu dengan para pengungsi Palestina pada 2019. Tak sedikit pula pertemuannya dengan orang-orang yang terdampak perang dan konflik.

Banyak perang dan konflik itu berimbas luar biasa, terutama dirasakan oleh perempuan dan anak-anak. Wujud krisis kemanusiaan ini jadi perhatian besar bagi Retno.

“Dan di situlah, setiap kali melihat mereka, saya berjanji bahwa saya harus melakukan hal yang baik. Do the right thing, untuk membantu manusia. Karena bagaimana kita memperlakukan manusia merupakan isu sentral dari semua pekerjaan kita, termasuk sebagai diplomat,” kata dia.

Bukan sekali dua kali, Menlu Retno mengajak dunia untuk berinvestasi pada perempuan. Ia meyakini investasi pada perempuan berarti investasi pada perdamaian.

Misalnya pada 2019, akhir periode pertama Menlu Retno, Indonesia menjadi tuan rumah untuk sejumlah acara regional dan internasional penambahan kualitas perempuan di berbagai bidang.

Ada pelatihan untuk perempuan, perdamaian dan keamanan tingkat regional, juga Dialog Perempuan Lintas Kepercayaan se-ASEAN, serta pembahasan khusus isu perempuan dan demokrasi inklusif dalam "Bali Democracy Forum" yang dihadiri para perempuan menteri luar negeri.

Yang juga tak lepas dari advokasi Menlu Retno adalah kebebasan bagi perempuan Afganistan. Terkhusus pasca Taliban mengambil alih kuasa pada 2021, perempuan di sana harus berjuang dalam kebijakan yang mundur: pembatasan akses di bidang sosial, ekonomi, politik.

Komentar

Terpopuler