Rabu, 19 November 2025

”Yang membangun di sana warga, sekitar 12 keluarga. Dulu 12 warga tersebut diintimidasi diminta menyatakan itu tanah LPI. Itu tahun 2020,” tutur Sarmin. 

Salah satu warga yang tinggal di lahan konflik tersebut adalah, Uut Muthoharoh. Ia bersama keluarga kecilnya saat ini mempunyai rumah satu-satunya di lahan konflik tersebut. Rumahnya pun terancam ikut kegusur bila lahan tersebut diserahkan ke PT LPI. 

”Rumah saya luasnya, 4 meter × 8 meter terancam digusur. Dulu rumah kakek berdinding gedek (anyaman bambu). Terus dirubuhkan sama LPI. Sekarang didirikan pakai kasibot. Sudah lama konfliknya. Sekarang LPI masih menanam tebu. Kemarin petani juga ikut nanam pisang dan ketela tapi dirusak LPI,” tandas dia. 

Editor: Supriyadi

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler